"Eh iya ini tanggal 4?" "Kenapa emangnya?" "Tepat 7 tahun dari hari itu" "Wagelaseh. Masih inget aja? Belum move on sampai sekarang?" "Hehe bukan belum move on sih, tapi suka aja ngitung hari sampai 4 januari lagi" "Dia dimana ya sekarang? "Ga tau tuh, udah lama banget ga kontakan. Terakhir pas gw maba kayaknya ya? " "Udah lulus belum sih dia?" "Udahlah. Kita aja udah semester 8 ini. Apalagi dia. Udah lama kali" "Kerja dimana ya dia?" "Ya ga taulah. Orangnya aja ga tau dimana. Eh tapi beberapa bulan lalu gw denger kabar sih, bapaknya meninggal. Berat banget pasti buat dia." "Terus lo gimana tuh?" "Gimana apanya?" "Gimana kek, bilang sesuatu lah. Atau apa gitu?" "Ya kemaren tuh mau gw chat gitu, tapi udah ga ada lagi kontaknya di gw. Bingung mau ngehubungin dia lewat mana" "Kan adek kelas lo dulu adek tingkatnya. Satu himpunan. Gampang lah
Pada bulan Maret 2019 lalu, Allah kasih saya nikmat menjelajah bumi-Nya. Mewujudkan impian kecill dan norak saya : kepingin pergi jauh. Jauhnya ga nanggung lagi, Kalimantan Utara. Memakan waktu nyaris hampir 5 jam (jika ditotal) melalui pesawat udara. Semuanya atas satu tujuan mulia (halah) : ikut kompetisi debat nasional. Semuanya bermula sederhana, pada akhir 2018 tidak ada angin tidak ada hujan saya menuliskan resolusi 2019 saya : ingin mencoba kompetisi debat. Waktu itu saya sangat buta dan ga tau sama sekali apa itu debat. Jangankan debat, dunia kompetisi ilmiah ini adalah hal yang sangat asing bagi saya. Diluar jangkauan. Seolah-olah dunia ini berada diseberang lautan sementara saya cuma batu di dasar laut. Keliatan debunya aja engga. Maka, keinginan itu cuma harapan yang mungkin ga akan menemukan jalannya. Tetapi ya, kalau di khayalan saja saya tidak berani, bagaimana bisa berwujud. Awal desember 2018 sebelum libur semester, sebenarnya Riswan, teman seangkatan saya
Waktu pertama kali liat list tema minggu ini adalah Kisah Kasih di Sekolah, aku refleks tertawa. Mengingat kumpulan anak manusia yang dulu pernah disukai sedemikian rupa dan betapa aku pernah sangat dangkalnya memandang urusan rasa (halah bacot). Jadi ya, tulisan ini akan mengingat kembali perjalanan kisah cintaqu yang super alay ( dan mintak diterajang ) sejak sekolah hingga berakhir masa sekolah. Sekalian merefleksi apa-apa yang sudah terjadi dan apakah ada pelajaran yang bisa diperoleh. Aku adalah orang yang tidak beruntung urusan perasaan. Kalau naksir orang, ga pernah ditaksir balik. Eh tapi kalau ada yang naksir, akunya ga suka. Jadinya kisah cinta itu ga pernah kesampaian. Patah atau dipatahkan. Kecewa atau dikecewakan. Maka keseluruhan cerita ini bisa ditebak, kasih tak sampai. Mari kita mulai dengan pertama, orang pertama yang tidak beruntung itu adalah kakak kelas di masa SMP. Satu tingkat diatasku, tapi dua tahun lebih tua. Badannya tinggi, wajahnya bening, dan cukup good l
Komentar
Posting Komentar