Ramadhan Tahun Ini

Ramadhan tahun ini, seperti yang diceritakan banyak orang adalah ramadhan yang berbeda. Tidak seramai dan seriuh biasa. Tidak ada undangan buka bersama dari teman tk sampai teman kerja. Tidak ada kebingungan hari ini mau buka dimana. Tidak ada ngabuburit di luar. Tidak ada sahur on the road. Bahkan tidak ada kantuk saat tarawih di masjid, bahkan tarawihnya tidak ada disana. Tidak ada i'tikaf. Tidak ada berburu takjil gratis masjid. Untunglah, kita masih bisa mendengarkan adzan dan suara Al-Quran dilantunkan.

Ramadhan tahun ini, rasanya berjalan sangat lambat. Mungkin karena segalanya diliburkan. Kantor tutup.  Sekolah tutup. Sepi. Sunyi. Aku ingat ramadhan tahun lalu yang rasa-rasanya banyak dihabiskan di kampus. Dua kali berbuka puasa di SC, satu kali setelah sidang paripurna, lalu satu lainnya saat Progress Report BEM yang sungguh penuh drama. Satu kali berbuka bareng mba-mba seniorku. Satu kali berbuka dikosan seorang teman karena kemalaman dan tidak bisa pulang. Satu kali berbuka bersama Fraksi FE yang kaya raya. Satu kali berbuka dengan keluarga besar Unsri (plus dapet THR pula wkwk). Bahkan sempat-sempatnya Ramadhan tahun lalu aku kabur dan menepi ke satu tempat sendirian. Tahun lalu juga, aku masih duduk di tenda PMB meski suasana amat panas. Masih mengejar dosen demi absenku yang kurang. Hal-hal diatas ternyata, adalah sebuah kenikmatan yang saat ini sangat dirindukan. Tahun ini, tidak ada keriwehan itu. Sempurna senyap.

Mungkin tahun ini, Allah lebih sayang pada kita. Lebih ingin kita yang selama ini sok sibuk (karena dikejar dan mengejar waktu) untuk berhenti sejenak, memberikan waktu kita seutuhnya pada sang Pencipta. Mungkin Allah ingin berlama-lama bermesraan bersama kita. Lewat tilawah yang dibaca. Lewat punggung yang pelan-pelan naik turun dalam sholat. Lewat sujud yang lebih panjang. Lewat rintihan dan air mata kita. Mungkin, Allah hanya sedang rindu. Merindukan kamu. Dan kita terlalu jauh meninggalkan-Nya.

Ramadhan kali ini, mungkin adalah sebuah jeda yang cukup panjang. Untuk kita memikirkan kembali kemana hidup akan dibawa. Untuk kita kembali menyadari, ada hak keluarga atas diri kita yang mungkin belum terpenuhi. Ada hak diri sendiri untuk tenang dan beristirahat dari ramainya pikiran dan tindakan.

Ramadhan kali ini, mungkin juga adalah sebuah cermin. Cermin bagi kita memandang diri sendiri. Cermin yang menunjukkan warna asli kita. Apakah dengan kesendirian ini, kita benar-benar dekat pada-Nya? Apakah ibadah akan tetap segiat biasanya meski tidak ada siapa-siapa? Apakah khataman Al-Quran tetap akan dijalankan meski tidak punya teman? Apakah hafalan tetap akan terjaga? Apakah benar segala hal baik yang orang katakan tentang kita adalah benar adanya? Atau jangan-jangan selama ini kita hanya terbawa arus saja, yang kebetulan adalah kebaikan. Jangan-jangan selama ini yang kita lakukan hanyalah konformitas, sekedar usaha menyeragamkan diri dengan lingkungan. Bukan sebuah ikhtiar lurus dari diri menuju ketakwaan.

Ramadhan ini, aku tidak ingin berjanji banyak. Ramadhan juga tidak membutuhkan janji. Bahkan tidak juga membutuhkan aku. Akulah yang membutuhkan luasnya ampunan dalam ramadhan. Maka, biarkan kita jalani Ramadhan tahun ini dengan sebaik-baiknya sampai pada batas energi yang ku miliki. Biarlah kulihat warna asliku, biarlah kupeluk segala kurangku. Biarlah Ramadhan ini menjadikan aku manusia yang lebih baik lagi, meski hanya sejengkal meninggalkan keburukan.

Komentar

  1. Aku kadang sedih mengingat diri, apakah kamu memang tulus dari hati mengerjakan semua kebaikan? Jangan-jangan hanya ingin menciptakan citra diri yang elok di mata manusia. Astaghfirullah, aku harus sering-sering menampar diri kala rasa ambisius datang menggoda. Tulisan gang sangat menarik mba ais, seperti ada lecutan yang membekas ke diri ini yang serba banyak salahnya.

    BalasHapus
  2. Semoga lebih fokus ketika #diRumahSaja

    BalasHapus
  3. Semoga dengan Ramadhan yang berbeza, akan banyak hikmah yang kita dapat :)

    BalasHapus
  4. Semoga kita mampu memaknai lebih dalam lagi tentang ramadhan kali ini. Duh,benar sekali. Mungkin ini cara Allah supaya kita lebih banyak waktu menengadah tangan di sepertiga malamnya. Atau juga memaksimalkan tilawah yang dulu (mungkin) hanya dilakukan ketika waktu luang, bukan meluangkan waktu 😥 #dirumah aja, waktunya untuk bermuhasabah.

    BalasHapus
  5. Betul sekali sih. Semangat berproses aish. Bismillah💪

    BalasHapus
  6. Diri kita yang sebenarnya bisa diliat saat sendiri. Saat hanya kita dan Allah beserta kedua malaikat yang siap mencatat. Saat itulah diri kita sebenarnya muncul. Maka sering-sering lah intropeksi saat sendirian. Atau memilih untuk sendirian (sementara waktu)

    BalasHapus
  7. Whuahah bnr ya.. ramadhan gak butuh janji 😢

    BalasHapus
  8. Whuahah bnr ya.. ramadhan gak butuh janji 😢

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jelajah #1 : Tarakan, Kalimatan Utara. (Pengalaman Debat Nasional Pertama)

4 Januari

Tadi, Aku Ingat.