Nikmat Teman Baik
UI "maka nikmat teman baik mana yang kamu dustakan?" Kalimat di atas pertama kali saya dengar (sebetulnya baca) dari seorang blogger, dia pernah menulis di blog pribadi juga d i caption Instagram-nya tentang betapa bersyukurnya ia dikelilingi oleh teman-temannya. Pertama kali membacanya saya hanya tersenyum, menyadari kebenaran ucapannya. Namun tidak lantas serta merta merasa demikian, biasa saja. Lalu akhir semester lalu, ketika akun grup-grup kelas dan grup angkatan heboh dengan nilai-nilai yang muncul di akun akademik masing-masing saya mulai menyadari kebenaran konstektual kalimat itu. Saya merasakannya. Teman-teman yang katakanlah sering menghabiskan waktu bersama saya dan sering meminta bantuan atau diminta bantuan mengontak saya, mengabarkan banyak hal yang tidak saya ketahui, karena waktu itu posisi sedang mudik dan gadget yang tidak memadai. Saya takjub betapa baiknya mereka pada saya, betapa pedulinya mereka pada saya. Dua tahun saya berjuang sendirian, lupa ba...