Postingan

True Love Waits

  I'm not living I'm just killing time Your tiny hand You crazy kitten smile Just don't leave Don't leave - Radiohead Kayaknya True Love Waits- nya Radiohead menjadi soundtrack resmi tiap kali perasaanku tidak kurasakan dengan baik. Kau tau maksudku? Tadinya aku ingin menulisan "saat patah hati" tapi tidak semua kesedihan adalah patah hati dan tidak semua patah hati harus disedihkan. Meski sakit, rasanya tidak sampai membuat sedih. Sedih dan sakit adalah dua perasaan yang berbeda. Anyway, bukan itu sih sebenarnya yang ingin aku bahas. Beberapa hari lalu, aku beranjak dari rumah. Meninggalkan rumah dan seisinya untuk kembali ke hidupku. Hidup diperantauan lagi. Mengejar apa yang sempat ditinggalkan. Mengejar apa yang sedang direncanakan. Hidupku rasanya jalan ditempat sejak pandemi dan aku terjebak di rumah selama hampir satu tahun. Pulang, meski juga punya definisi berjuang tapi tidak menampik juga berarti meninggalkan. Aku sering bilang bahwa  hidupku kadang

4 Januari

"Eh iya ini tanggal 4?" "Kenapa emangnya?" "Tepat 7 tahun dari hari itu" "Wagelaseh. Masih inget aja? Belum move on sampai sekarang?" "Hehe bukan belum move on sih, tapi suka aja ngitung hari sampai 4 januari lagi" "Dia dimana ya sekarang? "Ga tau tuh, udah lama banget ga kontakan. Terakhir pas gw maba kayaknya ya? " "Udah lulus belum sih dia?" "Udahlah. Kita aja udah semester 8 ini. Apalagi dia. Udah lama kali" "Kerja dimana ya dia?" "Ya ga taulah. Orangnya aja ga tau dimana. Eh tapi beberapa bulan lalu gw denger kabar sih, bapaknya meninggal. Berat banget pasti buat dia." "Terus lo gimana tuh?" "Gimana apanya?" "Gimana kek, bilang sesuatu lah. Atau apa gitu?" "Ya kemaren tuh mau gw chat gitu, tapi udah ga ada lagi kontaknya di gw. Bingung mau ngehubungin dia lewat mana" "Kan adek kelas lo dulu adek tingkatnya. Satu himpunan. Gampang lah

Review Muhammad : Para Pengeja Hujan, Tasaro GK

Gambar
  "Jika kisahmu diulang seribu tahun setelah kepergianmu, maka mereka yang mencintaimu akan merasakan kehilangan yg sama dengan para sahabat yang menyaksikan hari terakhirmu, wahai, Lelaki yang Cintanya Tak Pernah Berakhir" Jadi, ini adalah buku kedua dari tetralogi Muhammad-nya Tasaro GK. Buku pertama udah kelar dibaca sekitar bulan juli lalu, tapi waktu itu ga niat ngereview. Buku kedua ini, pengen aing review karena merasa bener-bener takjub sama isi buku. Bukan karena buku pertama ga bagus sih, mungkin karena dulu masih meraba-raba arahnya, kalau buku kedua kan tinggal melanjutkan arah saja. Basically, Seri novel sejarah ini punya dua sisi cerita yang bergantian diceritakan. Satu, bagian sirah nabawiyah yang menceritakan secara detil, lengkap, dan dengan bahasa yang sangat indah perjalanan Rasulullah mulai dari kelahiran, kenabian, hari terakhir beliau di Bumi, para sahabat pasca ditinggalkan beliau dan peradaban islam. Bagian kedua, cerita tentang tokoh bernama Kashva, s

Rancang Rencana

Ini bukan bentuk keluhan Ini cuma mencoba merayakan kegagalan Agar hati lebih lapang Agar jiwa lebih tenang Agar sabar lebih dalam Dan agar syukur lebih luas ---- Jadi, sebagai mahasiswa tingkat akhir, hal yang paling mengganggu pikiran tentu saja adalah skripi atau tugas akhir. Emang bener, skripsi ini sering bikin kepikiran dimana-dimana.  Lagi streaming koreaa, inget proposal belum kelar Lagi baca buku, kebayang jurnal yang belum di review Merasa bersalah terus aja gitu kalau bisa leha-leha sementara skripsi ga berprogress. Mirip pacar posesif yang tiap hari minta dikabarin (halah, kayak pernah punya pacar aja) Skripsiku agak drama gitu diawal Aku udah punya rencana banyak banget sejak semester 5 Ingin kuliah lagi sehabis lulus. Kuliahmya pengen pake beasiswa dan kalau bisa di luar negeri gitu. Persiapannya kalau bisa sih sedini mungkin. Biar kalau udah lulus tinggal eksekusi dan ga lama nganggurnya. Udah survey beasiswa dan kampus Udah ngelist syarat-syaratnya Bahkan ikut banyak lo

Orang-orang yang Pernah Hadir

Waktu pertama kali liat list tema minggu ini adalah Kisah Kasih di Sekolah, aku refleks tertawa. Mengingat kumpulan anak manusia yang  dulu pernah disukai sedemikian rupa dan betapa aku pernah sangat dangkalnya memandang urusan rasa (halah bacot). Jadi ya, tulisan ini akan mengingat kembali perjalanan kisah cintaqu yang super alay ( dan mintak diterajang ) sejak sekolah hingga berakhir masa sekolah. Sekalian merefleksi apa-apa yang sudah terjadi dan apakah ada pelajaran yang bisa diperoleh. Aku adalah orang yang tidak beruntung urusan perasaan. Kalau naksir orang, ga pernah ditaksir balik. Eh tapi kalau ada yang naksir, akunya ga suka. Jadinya kisah cinta itu ga pernah kesampaian. Patah atau dipatahkan. Kecewa atau dikecewakan. Maka keseluruhan cerita ini bisa ditebak, kasih tak sampai. Mari kita mulai dengan pertama, orang pertama yang tidak beruntung itu adalah kakak kelas di masa SMP. Satu tingkat diatasku, tapi dua tahun lebih tua. Badannya tinggi, wajahnya bening, dan cukup good l

Pesan Tidak Sampai

Kepada orang yang tidak akan membaca pesan ini Aku kirimkan ribuan sapaan yang tertahan Lewat pikiran tanpa perasaan Karena frekuensi pikiran kita bisa jadi tetap sama tapi frekuensi rasa sudah jelas berbeda Apa kabar? Sungguh sebuah basa basi yang amat basi Tanpa bertanya, aku pun sudah tau. Bahwa kau sekuat karang Aku sudah lama tau Bahwa tidak akan ada yang mampu menghentikan langkahmu Aku juga tau Tapi berhentilah sejenak jika lelah Duduk Biarkan langit memelukmu Biarkan matahari sore itu menyapa wajahmu Biarkan angin semilir memainkan ujung jaketmu Dan biarlah air mata itu jatuh Perjalanan ini masih panjang Dan kau sedang berjalan sendirian Menempuh jalan yang entah dimana akhirnya Berkejaran dengan waktu Berlomba dengan takdir Akankah sampai katamu? Sampai Tentu saja kau akan sampai Tapi ada jawaban lain selain bergegas Kesabaran Tertanda Teman Bicara

Just Babling (4) : Berisik

 Udah lama ga nulis. Udah lama ga bercerita dengan baik ke diri sendiri. Waktu rasanya mengejarku dengan sangat cepat. Tidak menyisakan satu detik pun untuk menghela nafas, apalagi duduk diam sambil bercengkerama dengan diri sendiri. Akhir-akhir ini kepalaku cukup ramai. Ada banyak kekhawatiran. Manusia ya begitu. Ga cuma tempat banyak salah dan dosa tapi juga makhluk yang suka mengkhawatirkan banyak hal. Pikirannya menakutinya sendiri. Overthinking. Padahal kemana lagi dia menepi kalau bukan ke dirinya sendiri? Kegagalan beruntun yang kualami akhir-akhir ini juga cukup menyentak. Kecil sih. Tapi karena banyak, jadinya cukup bikin perih juga. Ibarat jatuh dari sepeda, sekali dua kali mah masih gapapa. Lah kalau sepuluh kali?. Pedih dan kadang memaksa kita untuk berhenti dan beristirahat. Menepikan sepeda sebentar sambil meneguk segelas air. Benarlah, kita memang ga bisa gapapa pada segala hal yang kita katakan "gapapa". Luka memang perlu diakui. Sekecil apapun itu. Aku juga m