Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Tulisan Dari rumah dan Untuk yang #dirumahaja

Karantina akibaat pencegaan covid 19 dan jadwal libur semester akan memaksa saya untuk mengisolasi diri selama kurang lebih 4 bulan. Sebenarnya bukan masalah besar bagi saya karena saya sudah melakukan social distancing selama hampir seumur hidup. Tapi agar libur ini tetap produktif, tetap bisa melakukan hal-hal berguna selain tugas mengerjkan tugas kuliah. Agar waktu 4 bulan ini bisa saya pertanggungjawabkan dengan benar, saya berencana melakukan beberapa hal. Hal-hal dibawah ini sebenarnya bukan tips, tetapi lebih ke berbagi rencana, biar banyak yang baca dan ikut meng-aamiin-kan. Siapa tau  bisa ditiru dan juga berguna kan bagi orang banyak. 1. Baca Buku Ada beberapa buku yang udah saya beli tapi belum dibaca tuntas. Alasannya ? Ga sempet wkwk Jadi rencana paling atas saya adalah membaca semua buku yang sudah terlanjur terbeli, ditulis dan di review agar membaca tidak hanya sekedar "membaca". Setelah buku yang ada selesai dibaca, berikutnya adalah mencari bacaan baru.

Hujan

Hujan mengguyur deras tepat saat matahari terbenam. Tepat saat senja dengan cahaya orange sempurna itu menghilang. Tertelan gelapnya malam. Aku berlarian sembari memeluk erat tas. Mencari tempat berteduh terdekat. Sepatuku basah. Bajuku basah. Kacamataku berembun. Di deretan ruko itu, aku berdiri. Atap teras yang tidak lebar tetap tidak menghalangi tampias hujan mengenai tubuhku. Dingin. Aku memeluk diri lebih erat. Bersin. Sedari pagi tubuhku sudah kurasakan tidak baik-baik saja. Apalagi ditambah basah-basahan tadi. Aku menatap lurus. Memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang dibawah hujan. Suara ban yang bergesekkan dengan aspal basah, lampu lampu kendaraan, juga lampu jalan yang tampak tenang di ujung saja. Tampaknya hujan ini akan lama. Ada gemuruh yang kurasakan lebih besar ketimbang di langit sana. Disini. Di dalam diriku. Hey, bolehkah aku bercerita? Perasaan tidak enak ini seperti hujan deras yang datang tiba-tiba. Tiba-tiba saja datang tanpa permisi dan memb

Jatuh Kemudian Patah

Aku tidak tahu seberapa cepat waktu sudah bergerak maju. Mungkin lebih cepat dari detak jantungku kala menatap sepasang matanya. Sepasang mata yang kala menatapnya seolah menembus jantungku. Aku terpaku, terkurung dan terkukung dalam lembah kesenyapan. Lalu senyum itu... adalah racun yang paling mematikan. "Hey ada apa?", ucapmu kemudian. Tampaknya kau sadar kalau aku sedang memperhatikan "Aku tersihir" Kau mengernyitkan kening. Tidak mengerti. Bagaimanalah kau akan mengerti?  Senyumannya masih ada. Demi senyum itu, aku rela menukar nyawaku. Namanya Putri. Dan dia memang seperti seorang Putri. Sepasang matanya teduh, meski aku seringkali terkurung ketika menatap matanya. Rambutnya terurai panjang. Gurat wajahnya lembut dengan raut menyenangkan. Dia sering datang ke taman ini setiap sore. Menghabiskan waktu dengan bermain bersama anak-anak atau membaca buku. Dia tampak lucu ketika bermain kejar-kejaran, rambutnya yang panjang tergerai berantakan. Tawanya

Sajak Sulung

Menjadi Sulung Kadang-kadang, menjadi sulung itu melelahkan. Menjadi yang paling tegak berdiri, yang paling tangguh bertahan, yang bahunya paling kokoh, yang hatinya paling teguh, dan kasih sayangnya paling luas. Menjadi sulung juga kadang-kadang berarti harus menyembunyikan tangis diam-diam, menelan seluruh rasa pahit agar tidak diturunkan, menyembuhkan luka sendirian, dan selalu berusaha baik-baik saja. Menjadi sulung juga berarti mengetahui lebih banyak, tahu lebih banyak juga berarti luka yang lebih banyak. Merasakan kehilangan kakek dan nenek misalnya. Menjadi sulung berarti juga menjadi pijakan juga pegangan. Tempat adik-adik berpijak untuk menapaki tempat yang lebih tinggi. Juga pegangan yang menahan mereka dari jatuh. Makanya sulung harus kokoh dan kuat. Menjadi sulung juga berarti memastikan semua orang baik-baik saja. Menjaga agar adik tidak terluka, menyembuhkan luka mereka, meredakan tangis, memeluk erat, memberi rasa aman dan menghapus segala ketakutan. Menjadi