Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Ibu dan Kue Lebaran

Tiap kali menjelang hari raya, yang sering heboh tu yah Ibu. Pasti jauh jauh hari udah nanya. Mau bikin apa lebaran ini, Yuk?. Saya tau, itu bukan pertanyaan yang butuh jawaban. Perempuan tuh selalu begitu yah gengs ~ Nanya bukan karena ga tau, tapi sekedar butuh konfirmasi aja. Pun sama juga dengan kalimatnya yang selalu bilang "Kita sederhana aja ya lebaran ini, masak dikit dikit aja". Tapi ujung-ujungnya sama aja. Masaknya buanyak. Udah bikin tekwan. Masih mau juga bikin sop ayam. Kadang juga bikin pempek. Udah bikin opor juga, masih ditambah bikin yang lajn. Dan jangan lupakan kue kue khas palembang yang rasanya manis luar biasa. Maksuba dan delapan jam adalah keharusan. Masaknya lama banget karena masih pake cara tradisional. Maksuba dimasak bukan pake oven. Tapi pake tutup dari tanah liat yang dipanaskan diatas kompor. Lalu setelah panas, diletakkan diatas cetakan maksuba. Biar mateng. Kalau delapan jam, ibu bakalan masaknya dengan dikukus menggunakan kayu bakar. Ibu

Just Babbling (3) : Mendengar dan Didengar

Habis baca berita Maudy Ayunda sama (yang diasumsikan) pacarnya berantem yang memenuhi twitter beberapa waktu lalu. Saya ga tertarik sih sama siapa pacar barunya ini, lebih tertarik sama topik yang dibahas. Mereka bertengkar karena masalah klasik sekali : komunikasi. Bahkan orang sepinter mereka berdua katakanlah, tetep punya masalah klise ini. Masalahnya sederhaan banget sih, salah satu pihak merasa topik a menarik, tapi yang lain engga. Ada yang kesal karena merasa tidak didengarkan, ada yang kesal karena lelah mendengarkan topik yang ga disuka. Satu pihak merasa sudah ngasih respon yang baik, tapi satu pihak masih merasa diabaikan. Satunya suka komedi, satunya suka bahas sejarah. Topik yang menarik bagi salah satu pihak, bisa jadi amat tidak menarik bagi yang lain. Karena kejadian yang keliatan kecil dan sepele begini akhirnya bertumpuk-tumpuk, maka meledaklah pertengkaran itu. Topik pertengkaran mereka ini menarik sih bagi saya pribadi. Mungkin karena saya pernah merasa diposisi it

Just Babbling (2) : Tidak Produktif (?)

Sejak pertengahan maret gw udah dirumah. Udah meninggalkan hidup gw yang (keliatan) sibuk dan aktif banget. Udah meninggalkan kampus dan apa-apa didalamnya. Sometimes gw merasa mirip Harry Potter atau bahkan dalam level ekstrim Voldemort wkwk. Yang merasa bahwa Hogwarts adalah rumahnya. Justru mereka lebih sedih saat harus pulang ketimbang harus sekolah. Gw merasakan itu. Persis. Makanya mungkin tulisan gw ketika dirumah keliatan sangat tidak betah dan mungkin malah bikin orang rumah malah keliatan jelek. Padahal engga juga. Jadi begini, tiap kali pulang kerumah gw merasa capek aja sih. I do all this domestic stuff yang dimana ini rasanya sangat menghabiskan energi. Bangun pagi, beberes rumah, nyuci baju, nyuci piring, nyapu, ngepel bahkan kadang juga masak buat sarapan dan makan siang. Semua kerjaan itu selesai sekitar jam 10-11 siang. Biasanya gw langsung mandi dan habis itu rebahan. Capek euy. Ditengah rebahan itu biasanya gw juga akan ngurusin adek gw yang nanya pr, minta masakin s

Asam Manis Hidup Seorang Gap Year-er (2)

"Impian yang besar, tidak akan diraih dengan keteguhan yang kecil, sebab jarak antara harapan dan kenyataan, adalah lapis-lapis ujian"  -  Syarbaini Abu Hamzah Kutipan itu adalah kalimat favorit saya, tiap kali mencoba menguatkan diri sendiri. Menjadi penyemangat kala hati lemah, menjadi energi kala lelah. Lapis-lapis ujian yang saya jalani sesungguhnya juga adalah lapis-lapis keberkahan. (bagian pertama dari tulisan ini bisa dibaca disini ) Satu tahun saya menghabiskan waktu mengajar di sekolah itu. Meski nyaman dan banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan, pekerjaan ini tetap tidak memberikan gaji yang besar. Jauh dibawah upah minum yang ditetapkan pemerintah. Maka, untuk menambah penghasilan, saya mencari pekerjaan lain. Saya diterima menjadi pengisi eksul salah satu smp di palembang dan juga menerima berbagai les privat ke rumah rumah. Pagi mengajar disekolah, siang hingga sore ke smp atau ke rumah murid. Maka satu tahun itu terasa amat melelahkan, hari hari terasa bera

Just Babbling : Ngomongin Nikah

"Menikahlah dengan seseorang yang juga mau menikahi mimpi-mimpimu. Yang matanya berbinar ketika citamu berbinar. Yang senyumnya ikut terkembang ketika asamu terkembang" - Aji Nur Afifah Ngomongin nikah, di usia yang sebenarnya udah boleh nikah tuh seru seru greget gimana gitu ya. Kalau saya sih, beberapa kali ikut kepikiran tentang "kapan?", terlebih teman-teman seusia bahkan adik tingkat udah banyak banget yang nikah. Sebagian besar malah udah jadi ibu. Saya mikir, kayaknya seru juga nih kalau ada temen yang bisa dipaksa tinggal seumur hidup. Kemana-mana berdua, ada yang nganterin ke kampus, ada yang bisa diajak deep talk dan ngobrolin hal receh kapan aja, ada yang bisa jadi 911, ada yang bantuin ngerjain paper, masak bisa gantian, dsb. Tapi ketika dipikirkan dengan lebih serius dan mendalam, malah jadinya takut dan berpikir nanti aja. Kepingin mengkhawatirkan doi tapi ujungnya malah lebih khawatir sama diri sendiri. Ya gimana. Masa mau menikah cuma karena al