Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Apakah aku sudah mati?

Aku tidak sadar sebenarnya bagaimana waktu sudah amat cepat melaju. Seperti misalnya menyadari bahwa masa putih abuku sudah lewat lama sekali dan masa kuliahku juga masih sangat lama. Atau seperti sekian banyak undangan pernikahan dari teman-teman. Aku baru menyadari bahwa sekian banyak dari mereka sekarang bergelar ibu. Tahun-tahun ini aku banyak sekali kehilangan. Nikmat yang satu ini nampaknya mencerabut nikmat lainnya. Aku tau, apalah arti memiliki jika bahkan diri kita bukan milik kita dan apalah arti kehilangan ketika kita justru menemukan banyak saat kehilangan dan kehilangan banyak saat menemukan. Saat ini aku kehilangan banyak tanpa menemukan. Kehilangan mimpi, kehilangan harapan, kehilangan idealisme, dan kehilangan diri sendiri. Aku sudah berhenti bertanya. Bukan karena aku menemukan banyak jawaban tapi karena aku justru kehilangan banyak pertanyaan. Merasa seperti nuraniku lumpuh. Aku tidak bisa merasa. Kemana pedangku? Apakah aku sudah terbunuh? Sekarang hidupku jauh le

Sore dan Senja

Aku tidak menyangka bahwa aku akan jatuh dan terpuruk lagi. Aku tidak menyangka bahwa aku akan merasakan sakit yang sama lagi. Bahkan kali ini lebih sakit. Aku tidak menyangka bahwa yang membuat air mataku berderai kali ini tidak hanya kamu, tapi juga orang serupa kamu. Aku mempertanyakan sekian banyak "kenapa". Dan aku membenci apa-apa yang sudah terjadi dan membuatku menangis lagi. Oh Tuhan, sudah lama sekali aku tidak menangis lalu sekarang aku menangis hanya karena sepotong sore dan senja. Kenapa aku tidak belajar dan tidak lekas dewasa? Aku sama saja seperti 8 tahun yang lalu. Bodoh dan naif. Kalau kita tidak bisa tertawa karena lelucon  yang sama kenapa aku berkali-kali menangis dengan alasan yang sama? Aku benar-benar sakit. Sakit sekali. Aku membenci segala sesuatu yang tampak dan ada. Aku membenci sepasang senja dan sore. Hey kenapa kalian tidak ingin lagi jadi temanku? Kenapa sore? Kenapa kau justru menyajikan kisah yang amat menyakitkan? Padahal memandang lang

?

Semacam percakapan usang yang dirindukan. Heu. Udahlah, sha. Move On.

Berjalanlah, Sha.

Berjalanlah, sha. Tempuh tempat-tempat yang ingin kau kunjungi. Berjalanlah meski diatas pasir, tanah, bebatuan, aspal, rumput atau bahkan air. Berjalanlah, sha. Berjalan meski harus tertatih atau merangkak. Berjalan meski harus beramai-ramai atau sendirian. Berjalan meski gelap atau terang. Berjalanlah, sha. Berjalan seperti yang kau lakukan waktu itu. Berjalanlah seperti waktu yang tidak pernah berhenti berdetak. Berjalanlah seperti detak jantungku, hanya berhenti ketika mati. Hey, sha. It's Okay. It's always okay. You're happy. You're always happy, right? :") Hey, sha. I just missing u. #monolog #dialogsebelahtangan

Dear

Halo, apa kabar? Lama sekali kita tidak saling menyapa. Lama sekali kita bahkan tidak saling bertanya. Terakhir, Juli tahun lalu ya? :) Bagaimana kuliahmu? Sudah semester akhir ya, bersiap untuk skripsi. Bahkan mungkin sebentar lagi akan wisuda. Selamat. Mimpi yang dulu sering kau ceritakan satu per satu mulai terwujud. Harus kuakui, kau benar-benar berada di tempat yang tepat. Dengan kemampuan yang kau miliki, bukan tidak mungkin kau benar-benar akan menjadi seperti yang kau katakan dulu, keponakan Bill Gates! Ngomong-ngomong masalah mimpi, ingatkah bahwa sejak kecil aku pengen jadi guru? Sekarang aku sudah jadi guru, guru ekonomi pula. Aku ingat betapa herannya kau saat ku bilang mimpi yang satu itu. Kak, apakah kau tahu? Kak, ku kira setelah aku mematahkan jarak, aku akan kembali menjadi temanmu. Tapi kita punya sesuatu yang lebih kejam daripada jarak, yaitu waktu. Waktu benar-benar telah membunuh dan menciptakan ruang hampa diantara kita. Kak, Tahukah? Aku mulai mengerti apa

Bisa Jadi

Bahkan, bisa jadi aku sedang rindu. Rindu bercakap dibawah lampu jalan dan mendengar tawa renyahmu. Bahkan, bisa jadi aku sedang rindu. Rindu pada rembulan yang mengintip malu-malu dibalik awan kelabu, rindu menelisik tiap jengkal kalimatmu. Bahkan, bisa jadi aku sedang rindu. Rindu pada senja yang datang bersama sapamu. Pada dering yang selalu kutunggu, beberapa pesan singkat darimu. Bahkan, bisa jadi aku memang rindu. Merindukanmu. -aisyahlian, 2018-

Be You!

"Selain itu semua, KETAATAN lah yang takkan hilang dengan waktu, tak berkurang karena jarak, tak memudar dengan usia, taat itu mengikat lelaki yang serius, lelaki yang terikat Tuhannya"

Makanan

"Alquran itu ibarat makanan lezat yang dihidangkan, apabila pemiliknya mengatakan ambillah sepuasmu apakah kau akan mengambil sedikit?"

Teman (2)

Karena kita butuh teman untuk berbagi mimpi. Karena kita butuh teman untuk berlomba dalam kebaikan. Karena kita butuh teman untuk saling mendoakan dalam kebaikan. Karena kita butuh teman untuk saling mengingatkan. Karena kita butuh teman untuk terus tumbuh lebih baik. Karena kita butuh teman, teman hidup. #heu

Juli dan Juli

Dulu penghujung juli adalah hal yang paling kau takutkan, hari ini penghujung juli adalah yang paling membahagiakan. Juli-juli yang membuatmu terduduk dan menangis, yang membuatmu patah.. semuanya tergantikan oleh Juli  kali ini, bahkan kau lupa bahwa kau pernah kecewa. Duhh.. maka benar-benar nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? :") Sesederhana hujan dipenghujung Juli, bahwa mendung tidak hanya tentang kelabu.

Selai kacang dan patah hati

Waktu bergerak maju dengan kecepatan yang sama sekali tidak bisa ku prediksi. entahlah, aku tidak pernah pandai berhitung.. terlebih menghitung waktu. Bagiku sama saja, usia duabelas dan duapuluh.. delapan tahun berlalu, ratusan minggu yang terlewati, dan ribuan pagi dan senja yang kunikmati.. semuanya masih sama saja... "selai kacang itu masih terasa pahit".

Langit

Aku selalu suka pada langit, memandangnya selalu memberikan sensasi menenangkan. Tidak hanya pada malam yang bertabur bintang, pun saat cahaya benderang meneranginya. Langit seperti menjanjikan sebuah harapan sesempit apapun keadaanmu saat itu. Adalah malam yang menenangkan, pagi yang paling indah, senja yang selalu mempesona, dan hujan.. waktu dimana doa-doa baikmu diiyakan.

Kamu Lagi

"Bagiku kau tetap sama, seseorang yang kutemui pada senja hari itu.. aku tetap memandangmu dengan pandangan yang sama, juga menghargaimu seperti yang selalu kau tau.. tidak ada yang berubah dariku meski waktu terus bergerak maju. Hanya satu yang berubah dari kisah yang tidak selesai, bahwa aku.. tidak lagi ada di jangkauan matamu, apalagi hidupmu"

Question?

Ada pertanyaan yang terus berputar dikepalamu, yang kau bunuh dengan kesibukan. Bukan karena kau tak peduli, tapi karena kau lelah mencari jawaban yang tak kunjung memuaskan. Kesibukan membuatmu sejenak melupakan kepungan dan keresahan yang diakibatkan oleh pertanyaan itu. Sejenak. Hanya sejenak. Lalu kesendirian kembali membuat pertanyaan itu memenuhi kepalamu, menyesekkan ronggga dadamu, menderu dalam hatimu, juga menusuk jiwamu. Aku sudah lama duduk dan mengasah pedang. Namun, saat terjun ke medan perang aku tak dapat mengenali musuhku. Pedang terhunus tajam, tekad sudah digenggam. Tapi, aku tidak tau siapa yang harus diserang. waktu bergerak maju, jika tidak membunuh aku yang akan terbunuh. Ajaib kemudian ketika kau kehilangan dirimu sendiri. Merasa tidak mengenal siapa kamu sebenarnya. Seperti ada ruh lain yang memasuki ragamu. Aku tidak tau ternyata jiwa bisa terbunuh oleh waktu. Senyap. Ruangan ini senyap. Bahkan dentang jarum jam dinding pun tidak terdengar. Namun sinar

Tentang Khawatir

Berapa kali kau menggumamkan kata yang sama pada dirimu sendiri. Sekedar menguatkan hati. Bahwa tidak ada yang harus kau takuti, tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Bahwa kau hanya perlu.. terus berjalan.

Perasaan

Aku merasa mengenalmu, seolah tiap sudut sifat dan sikapmu tidak ada yang tidak ku tahu. aku merasa tau apa yang kau suka dan apa yang tidak. Aku merasa tau kebiasaanmu, bahkan renyah suara tawamu. Aku merasa tau segalanya. Seolah tidak ada yang mengenalmu sebaik aku, seolah tidak ada yang tau kamu sebenarnya dibanding aku. tapi perasaan, hanyalah perasaan. Perasaan seringkali menipu. Aku merasa tau, hanya merasa. Sekali lagi, hanya merasa. Aku tidak benar-benar tau, ternyata.

Review (super) singkat

Seperti biasa, Tere Liye adalah seorang pencerita yang memikat. Tidak hanya untuk novel-novel bernuansa cinta, tapi juga tulisan-tulisannya tentang politik dan ekonomi juga 'konspirasi semesta' dalam makna sesungguhnya. Setelah sukses dengan "Negeri Para Bedebah" yang menunjukkan sisi gelap perekonomian, sekuelnya pun tak kalah menarik. "Negeri di Ujung Tanduk" muncul dengan kupasan yang menarik tentang demokrasi. Tentang menegakkan "omong kosong" diatas "omong kosong" lainnya. Intrik-intrik politik memenuhi lembar demi lembar novelnya. Bacaan yang ringan tapi berisi.

Sajak Malam Minggu

Tumbuh bersama hanya ilusi yang pernah kita cipta, karena sebetulnya kita tak pernah berjalan bersama. Kita beda yang merasa sama, kita beda yang memaksa sama. Siapakah kamu di penghujung agustus tahun itu? Aku merengkuh kembali kenang, menapaki jejak demi jejak kisahnya. Berharap kutemukan makna dalam cerita yang mungkin pernah ada. Aku ingat renyah tawamu dalam malam kesekian itu, dibawah tabur bintang lagi-lagi kita memaksa sama. Candamu cerdas waktu itu, membuatku berfikir banyak hal. Benar-benar banyak hal. Begitulah aku jadi sepenggal bab kehidupan bagimu, cerita sampingan. Kita tidak meminta untuk mengawali tapi kita tutup dengan ketaatan. Padamu kutitip satu bait doa terbaik. Ohh hai kamu, it's still me ;) #sajakmalamminggu #poemaddict

Jatuh (lagi)

Mempesona Semburat orange itu memang mempesona Dan bukankah selalu kukatakan bahwa di belahan bumi manapun senja selalu mempesona? Tak ada bedanya dengan senja yang kulihat hari ini, senja yang kunikmati dari pinggir jalan ditengah badai debu jalanan kota kecil kami. Aku duduk di bangku panjang yang memang disediakan. Sesekali aku menoleh ke kiri, berharap bis yang kutumpangi akan segera datang. Lebih sering juga kulirik jam di pergelangan tanganku, khawatir akan detaknya yang begitu cepat melaju. Aku mengeluh dalam hati, alangkah lamanya bus itu datang. Aku menghela nafas, menghentak-hentakkan kakiku pada tanah yang dipenuhi kerikil. Ahh bosan sekali aku menunggu disini. Aku menengadah, menatap langit. Mempesona. Semburat orange itu memang selalu mempesona. Aku menghela nafas lagi, kali ini lebih panjang dan lebih berat. Alangkah lucunya hidupku ini, pikirku. Dulu, dibawah senja pada kota yang berbeda aku jatuh pada urusan yang tidak terdefinisikan. Kali ini, senja pada kot

Teman

"Tidak, biar aku yang berjalan di depan. Agar kau bisa berlindung dibalik tubuhku, agar kau aman dibalik punggungku. Aku berjanji, aku akan membawamu ke tempat yang lebih baik. Percayakan aku untuk memimpin jalanmu" . . . . . "Tidak juga. Biar aku yang berada dibelakang. Biar kulihat dengan jelas siapa saja yang berani menganggumu, tidak akan kubiarkan siapapun menyakitimu. Kau tidak akan kubiarkan lepas dari jangkauan mataku, apalagi hidupku. Aku akan menjagamu" . . . . . . Kau tidak perlu berjalan dibelakang atau didepanku, Dear. Bukan karena aku tidak percaya padamu untuk memimpin jalanku, bukan pula karena aku tidak percaya kau mampu menjagaku. Tapi, cukuplah kau berjalan di sampingku. Bersama kita saling menjaga, bersama kita saling menunjukkan jalan. Lebihmu adalah separuh kekuatanku, dan kurangmu adalah separuh kesempatanku. Keduanya berpadu menjadi energi bagi sepasang kaki kita untuk terus berjalan menempuh perjalanan panjang bernama kehidupan.

Kamu

Maka, biarkan aku menjadi kisah yang tidak terceritakan bagi dirimu. Aku tau, waktu selalu baik. Tidak ada yang salah dari apa-apa yang sudah terlewati. Tanpamu, aku tidak akan sekokoh ini. Aku tidak akan mampu tetap berdiri tegak dalam kepungan badai yang menghancurkan mimpiku jika kau tidak ada.

Beberapa

Beberapa dari mereka menyeka matanya, menangis tersedu. Beberapa lainnya tertawa, terbahak sampai mengeluarkan air mata. Beberapa justru tidak merasakan apa-apa, tidak bahagia tidak juga bersedih. Aku menatap pada beberapa itu, sesekali ikut tertawa sesekali ikut menangis.

Jatuh Kemudian Patah

Aku tidak tau seberapa lama waktu bergerak maju. Cepat Sekali. Sama cepatnya dengan detak jantungku kala menatap sepasang matamu. Sepasang matamu, yang seolah mengurung dan mengukungku dalam lembah bernama kesenyapan. Senyap yang membuatnya terpaku. Tak bisa lari meski telah kulihat sebilah belati dibalik punggungmu. Aku merasa senang dan sedih dalam satu helaan nafas. Senang menatap matamu sekaligus sedih dengan alasan yang tak bisa kujelaskan. Aku jatuh cinta padamu. Jatuh yang kemudian patah. Karena mencintaimu sama artinya dengan menusukkan sebilah belati tepat dijantungku. Karena setelah mencintaimu, kau pun membunuhku. Jatuh cinta dan patah hati dalam satu waktu. Aku sudah mati, cinta. Mati dengan masih masih mengenggam belati merah tanda cintamu. Mati dengan mencintaimu.

Perasaan Hari Itu

A yah rusuh mencari handphonenya. Selepas maghrib ia baru pulang, saat adikku menanyakan handphonenya baru ia sadar bahwa benda itu tidak ada. Ia memeriksa saku celana, memeriksa saku baju, mengacak-acak isi tas, mengeluarkan semua benda bawaannya. Sia-sia. Benda pipih berbentuk kotak itu tidak ditemukan. Ayah teringat, tadi terakhir ia mengeluarkan handphone itu di perahu ketek yang mengantarkannya menyebrang sebelum sampai kerumah sore ini. Mungkin masih tertinggal di sana. Tidak sulit menelusuri jejak perahu ketek itu. Pemiliknya terhitung masih kerabat dekat ayah. Kami sering mampir kerumah mereka. Sering menitipkan sepeda motor. Berbasa basi remeh temeh. Terlebih yang tadi mengantarkan ayah adalah anak sulung keluarga mereka yang juga pernah menjadi murid ayah. Ayah lalu mengontak mereka. Memberitahu bahwa ada handphone tertinggal. Meminta tolong diantarkan lagi handphone itu karena data didalamnya amat penting. Ayah juga menjanjikan memberikan ongkos lagi. Sembari menunggu k

#Holidiary : Tentang Menikah dan Teman Lama

Judulnya seolah-olah akan membahas tentang "menikahi teman lama" hahaha padahal bukan. Judul diatas juga seolah mengindikasikan bahwa saya akan menikah (iya sih tapi belom tau kapan). Padahal sebenarnya, saya sedang mencoba menggabungkan 2 hal yang berbeda namun related banget dengan hal yang akhir-akhir ini saya alami. Pertama tentang teman lama. Sebuah kewajaran dalam series #Holidiary ini jika saya ketemu teman-teman lama mengingat saya memang liburan di kampung halaman. Bukan hal yang mengagetkan juga sebetulnya karena saya sangat sering mudik. Namun, entah karena faktor usia atau memang faktor lainnya saya kemudian baru menyadari hal ini. Sebagian besar teman-teman saya jaman sd dan smp sudah menikah. Bahkan adik-adik kelas yang bisa 4 sampai 5 tahun dibawah saya juga sudah menikah. Untuk ukuran orang kampung, menikah di usia belasan adalah hal yang biasa. Sesuatu yang membuat saya agak terhenyak adalah tentang betapa berbedanya seseorang setelah menikah dan punya ana

#Holidiary : Conanian

Gambar
Salah satu hal lumayan unfaedah di liburan kali ini adalah tentang aku yang kembali jadi Conanian. Setelah mungkin hampir belasan tahun tidak lagi menekuni hal ini. Conanian adalah sebutan untuk penggemar manga Detective Conan (DC) karya Aoyama Gosho. Selain itu, DC juga salah satu manga yang sangat terkenal dan berumur cukup tua kalau dilihat dari tahun pertama rilisnya yang berkisar '94an. Selain terkenal di Jepang, DC juga populer di seluruh dunia, bahkan di Indonesia sendiri manga ini pernah tayang di televisi nasional (bareng Shincan dan temen-temennya), jadi rasanya hampir tidak mungkin tidak ada yang tau DC meski cuma Conan nya aja. Niat membaca ulang DC dari volume 1 sebenarnya sudah ada sejak berbulan-bulan lalu. Aku sudah mendownload file gratisan hingga volume 15 sebagai permualaan. Namun, kesibukan kuliah dan godaan yang lain mengalihkan perhatianku. Waktu itu aku lebih sibuk bersiap untuk UAS sekaligus lebih prefer untuk nonton "Infinity War" yang memang sud

#Holidiary : College Life

Liburan sudah lama bermula. Sejak awal Mei kemarin, aku sudah mulai bergegas meninggalkan kampus. Satu tahun ini rasanya panjang sekali, sejak pengumuman sbmptn yang aku perjuangkan hampir selama 3 tahun, akhirnya doa-doa itu terjawab. Kemudian hidup amat mudah di tebak. Bangun pagi, bersiap, duduk diruang kelas, memotret slide, menyalin catatan, mengerjakan tugas dan pr, ujian, lalu satu semester tiba-tiba habis. Dulu, rasanya satu tahun benar-benar panjang. Aku bisa belajar banyak. Aku menemukan banyak. Kali ini rasanya tidak banyak yang ku temukan, tapi justru banyak kehilangan. Bahkan kemampuan menulis pun hilang.

Tentang Rindu

Rindu itu ada dua macam, rindu atas sesuatu yang kita miliki atau rindu pada sesuatu yang ingin kita miliki. Rindu atas sesuatu yang kita miliki bisa berupa sesuatu yang abstrak, kenangan misalnya. Rindu pada sesuatu yang ingin kita miliki bisa jadi adalah tentang mimpi-mimpi. Rindu juga ada dua macam, rindu atas sesuatu yang Allah ridho atau rindu pada sesuatu yang tidak Allah ridho. Rindu pada sesuatu yang ingin kita miliki bisa berubah jadi energi atau justru racun pada diri. Rindu yang menjadi energi adalah yang menjadikan kita bergerak, tumbuh dan hidup. Rindu yang menjadi racun adalah yang menjadi nelangsa, menumbuhkan bibit-bibit kebencian dalam seonggok daging bernama hati. Rindu itu berat, kata dilan. tapi rindu adalah energi bagi Mehmed pada Konstantinopel hingga menjadikan ia bergelar Al Fatih. Sang Pembuka. Sang Penakluk. Hari ini aku rindu. Pada kenangan juga pada mimpi. Rindu yang ingin membawaku pulang dan rindu yang akan menyeretku pergi. Semoga kedua rindu ini

Nikmat Teman Baik

UI "maka nikmat teman baik mana yang kamu dustakan?" Kalimat di atas pertama kali saya dengar (sebetulnya baca) dari seorang blogger, dia pernah menulis di blog pribadi juga d i caption Instagram-nya tentang betapa bersyukurnya ia dikelilingi oleh teman-temannya. Pertama kali membacanya saya hanya tersenyum, menyadari kebenaran ucapannya. Namun tidak lantas serta merta merasa demikian, biasa saja. Lalu akhir semester lalu, ketika akun grup-grup kelas dan grup angkatan heboh dengan nilai-nilai yang muncul di akun akademik masing-masing saya mulai menyadari kebenaran konstektual kalimat itu. Saya merasakannya. Teman-teman yang katakanlah sering menghabiskan waktu bersama saya dan sering meminta bantuan atau diminta bantuan mengontak saya, mengabarkan banyak hal yang tidak saya ketahui, karena waktu itu posisi sedang mudik dan gadget yang tidak memadai. Saya takjub betapa baiknya mereka pada saya, betapa pedulinya mereka pada saya. Dua tahun saya berjuang sendirian, lupa ba

Like

Time flying so fast. Betapa kita terus tumbuh dan menua. Seiring bergantinya hati, orang-orang bergerak maju dan berubah. Menapaki anak-anak tangga yang lebih tinggi. Melangitkan kesekian doa-doa baru, menerbangkan kesekian mimpi-mimpi baru. Aku, baru menapaki anak tangga pertama.   -ditulis hari ini, setelah sebuah video-call-    ketika tersadar betapa lamanya aku jalan di tempat

Ramai

Ramai. Ruangan ini selalu ramai. Celoteh riang, obrolan ringan, wajah-wajah bahagia, meski kadang juga tampak lelah. Tawa lepas kadang-kadang terdengar, membuat kepala-kepala tertoleh mencari sumber suara. Meski tak ada sebetulnya yang merasa terganggu. Seruan-seruan sebal juga seringkali muncul, tapi itu justru symbol keceriaan, khas persahabatan yang solid.   Tatapan mereka hidup. Mata mereka berkilauan, seperti gugusan langit malam yang penuh bintang. Dari mata mereka aku tau, dunia mereka penuh warna.   Laksana ice cream, manis dan warna-warni. Ramai. Ini yang mereka sebut keramaian. Dia ada di antara mereka, didalam keramaian. Sendirian dalam makna hakikat, bukan harfiah. Matanya tidak berkilauan, mendung menggelayut di kedua matanya, tatapannya kelabu. Serupa ice cream yang mencair, tidak lagi menyenangkan menatapnya. Hitam putih diantara pelangi berkilauan. Desau angin bahkan terdengar merdu bagi dia yang merasa sendirian. Hatinya kosong, perasaannya usang. Dia lupa c

Definisi Menulis

Senin kemarin-tidak benar-benar kemarin sebetulnya-salah satu agenda terjadwal sedang menanti saya. Agenda rutin komunitas yang mulai kembali berjalan setelah libur panjang semester lalu. Pertemuan kali ini adalah materi tentang bagaimana menulis essay, diisi oleh seseorang yang katakanlah cukup ahli dalam bidang essay dan karya tulis ilmiah-meski yang bersangkutan selalu menolak untuk dikatakan expert - to be honest, saya sangat excited untuk melahap materi ini, mengingat sudah lama sekali saya ingin menjadi penulis yang "serius", yang tidak hanya menulis fiksi tapi juga mampu menulis solusi. Materi kali itu diawali dengan sebuah pernyataan singkat dari Kak Pemateri, "Temukan definisi menulis bagi diri kalian, temukan untuk apa kalian menulis karena itu akan menjadi motivasi kalian dalam menulis. Bagi kakak pribadi menulis essay khususnya, adalah salah satu cara untuk jalan-jalan gratis, disamping tentu saja untuk menambah prestasi dan mengisi CV", -redaksinya mu