Pada bulan Maret 2019 lalu, Allah kasih saya nikmat menjelajah bumi-Nya. Mewujudkan impian kecill dan norak saya : kepingin pergi jauh. Jauhnya ga nanggung lagi, Kalimantan Utara. Memakan waktu nyaris hampir 5 jam (jika ditotal) melalui pesawat udara. Semuanya atas satu tujuan mulia (halah) : ikut kompetisi debat nasional. Semuanya bermula sederhana, pada akhir 2018 tidak ada angin tidak ada hujan saya menuliskan resolusi 2019 saya : ingin mencoba kompetisi debat. Waktu itu saya sangat buta dan ga tau sama sekali apa itu debat. Jangankan debat, dunia kompetisi ilmiah ini adalah hal yang sangat asing bagi saya. Diluar jangkauan. Seolah-olah dunia ini berada diseberang lautan sementara saya cuma batu di dasar laut. Keliatan debunya aja engga. Maka, keinginan itu cuma harapan yang mungkin ga akan menemukan jalannya. Tetapi ya, kalau di khayalan saja saya tidak berani, bagaimana bisa berwujud. Awal desember 2018 sebelum libur semester, sebenarnya Riswan...
“Satu alasan kenapa kau ku rekam dalam memori, satu cerita teringat di dalam hati, karena kau berharga dalam hidupku teman, untuuk satu pijakan menuju masa depan” Bondan and Fade 2 Black – Kita Selamanya Tadinya aku ingin menulis banyak tentang kisah perjalanan kita di Surabaya. Tadinya ingin kuceritakan pesawat kita yang delay berjam-jam tapi malah jadi rejeki. Sandi Uno muncul di Bandara hingga membuat kerumunan besar. Dwik yang berlari antusias dan betapa senangnya dia saat berhasil foto bersama. Kenangan itu tak hanya direkam ingatan, tapi juga instagram. Tadinya ingin kuceritakan kerennya Tim Olimpiade yang berhasil menembus 10 besar nasional setelah mengalahkan ratusan tim. Hingga membuat kita duduk melingkar halaman masjid sambil lesehan. Mengurungkan niat latihan dan membantu mereka membedah kasus. Tadinya juga ingin kuceritakan kisah kaburnya kita dari panitia. Maya dan Dwik yang sampai lewat pintu belakang, atau aku dan Reski yang makan didekat tangga. Atau kisah Aziz...
Kepada orang yang tidak akan membaca pesan ini Aku kirimkan ribuan sapaan yang tertahan Lewat pikiran tanpa perasaan Karena frekuensi pikiran kita bisa jadi tetap sama tapi frekuensi rasa sudah jelas berbeda Apa kabar? Sungguh sebuah basa basi yang amat basi Tanpa bertanya, aku pun sudah tau. Bahwa kau sekuat karang Aku sudah lama tau Bahwa tidak akan ada yang mampu menghentikan langkahmu Aku juga tau Tapi berhentilah sejenak jika lelah Duduk Biarkan langit memelukmu Biarkan matahari sore itu menyapa wajahmu Biarkan angin semilir memainkan ujung jaketmu Dan biarlah air mata itu jatuh Perjalanan ini masih panjang Dan kau sedang berjalan sendirian Menempuh jalan yang entah dimana akhirnya Berkejaran dengan waktu Berlomba dengan takdir Akankah sampai katamu? Sampai Tentu saja kau akan sampai Tapi ada jawaban lain selain bergegas Kesabaran Tertanda Teman Bicara
Komentar
Posting Komentar