Jelajah #1 : Tarakan, Kalimatan Utara. (Pengalaman Debat Nasional Pertama)


Pada bulan Maret 2019 lalu, Allah kasih saya nikmat menjelajah bumi-Nya. Mewujudkan impian kecill dan norak saya : kepingin pergi jauh. Jauhnya ga nanggung lagi, Kalimantan Utara. Memakan waktu nyaris hampir 5 jam (jika ditotal) melalui pesawat udara.  Semuanya atas satu tujuan mulia (halah) : ikut kompetisi debat nasional. Semuanya bermula sederhana, pada akhir 2018  tidak ada angin tidak ada hujan saya menuliskan resolusi 2019 saya : ingin mencoba kompetisi debat. Waktu itu saya sangat buta dan ga tau sama sekali apa itu debat. Jangankan debat, dunia kompetisi ilmiah ini adalah hal yang sangat asing bagi saya. Diluar jangkauan. Seolah-olah dunia ini berada diseberang lautan sementara saya cuma batu di dasar laut. Keliatan debunya aja engga.  Maka, keinginan itu cuma harapan yang mungkin ga akan menemukan jalannya. Tetapi ya, kalau di khayalan saja saya tidak berani, bagaimana bisa berwujud.

Awal  desember 2018 sebelum libur semester, sebenarnya Riswan, teman seangkatan saya  sempat menawarkan saya ikut kompetisi debat ekonomi nasional, tapi karena tidak ada kabarnya lagi selepas semester berakhir saya kira project itu tidak jadi. Maklumlah, saya mengenalnya sebagai mahasiswa kura-kura alias kuliah bandara-kuliah bandara. Dia terkenal pinter dan cukup sering ikut berbagai kompetisi jadi saya kira dia sudah menemukan rekan tim lain untuk diajak. Lalu, pada saat libur semester dia tiba-tiba  mengontak saya lagi, mengajak kembali projek yang tempo hari ditawarkan. Maka disinilah perjalanan ini bermula. Kami mulai membentuk tim, satu orang lagi yang bergabung adalah Raden Tama. Teman seangkatan juga. Dia ini juga setipe dengan Riswan, anak-anak ilmiah yang sering keluar kota untuk ikut kompetisi. Sayalah newbie yang tida tau diri sebenarnya wkwk. Tim ini kemudian diberi  nama “EP Pacak”.
(Riswan - Aisyah - Tama)

Setelah mengirimkan persyaratan berupa essay dan berbagai keperluan administrasi yang dibutuhkan. Selang beberapa waktu, 16 tim terpilih dari seluruh Indonesia diumumkan. 16 tim inilah kemudian yang akan mengikuti kompetisi debat nasional di Tarakan. Alhamdulillah, tim kami termasuk salah satunya.

Jarak antara pengumuman 16 besar dan hari kompetisi cukup lama. Sekitar 2 sampai 3 bulan. Waktu-waktu kosong ini bukan malah membuat persiapan kami sangat matang. Justru sebaliknya, kesibukan masing-masing dan jeda waktu yang sangat panjang membuat kami agak abai terhadap persiapan. Akibatnya, perjalanan ini sungguh sangat berdarah-darah dan menggenaskan. Mosi debat yang sudah diberikan sejak lama belum terbedah sama sekali. Mosi yang belum terbedah mengakibatkan kami sama sekali belum latihan. Ditambah lagi, pendanaan yang masih sangat kurang. Sementara, waktu keberangkatan hanya sekitar  dua minggu lagi. Praktis, dalam dua minggu ini segala hal diusahakan.

Pertama, kami mulai membagikan mosi untuk dibedah masing-masing. Ada sekitar 16 mosi yang akan dipakai saat debat nanti. Mosi ini kemudian dibagi tiga dan akan dibahas di pertemuan berikutnya sekaligus latihan. Tapi sungguh tidak mudah menyatukan tiga kepala. Apalagi ini adalah pertama kalinya kami bertiga berada dalam satu tim. Mencari celah waktu bertemu diantara kesibukan masing-masing. Menekan ego. Berusaha saling mengerti. Sungguh tidak mudah melakukan semua itu. Ada yang tiba-tiba membatalkan janj h-1 jam. Ada yang terlambat hingga diluar batas toleransi. Ada yang sudah ditunggu tapi tidak muncul-muncul. Ada yang mosinya belum terbedah sama sekali sementara waktu keberangkatan sudah sangat mepet. Kami bertiga melakukan hampir semua  dosa itu. Belum lagi waktu itu kami adalah orang yang aktif di organisasi masing-masing. Riswan sebagai Ketua Umum LDF. Tama adalah Manager Departemen Organisasi Keilmiahan Fakultas dan Saya waktu itu baru di lantik sebagai anggota legislatif tingkat kampus. Akibatnya, kebanyakan waktu yang seharusnya dipakai latihan malah dihabiskan untuk saling menegur, saling mengingatkan, meluruskan kembali tujuan dan mencoba membangun kedekatan personal tim. Sungguh tim yang tidak bisa dikatakan solid apalagi sempurna. Banyak sekali kurangnya. Pada akhirnya saat tim ini bisa dikatakan mendingan, (yang itupun sudah h-seminggu dari keberangkatan), kami mulai bisa latihan dimana-mana. Di jeda antara mata kuliah bahkan perpustakaan hingga malam hari.

Kedua, pendanaan. Ini mungkin masalah klise bagi hampir semua anak ilmiah se-Unsri raya. Mungkin masalah kami sedikit diatas ekspektasi. Bukan belum cair, tapi memang dananya kurang. Ini sebenarnya kesalahan saya sebagai pembuat proposal. Saya salah liat biaya tiket pesawat Palembang – Tarakan. Harga tiket yang saya kira sudah pp ternyata hanya tiket pergi saja. Setelah dihitung ulang, kami butuh total dana 18 juta sementara yang di proposal hanya 12 juta. Keberangkatan hanya tinggal menghitung hari lagi. Buruknya lagi, htm sebesar 1,8 juta sudah dibayarkan sebulan sebelumnya menggunakan uang dari kampus. Kami sudah tidak bisa mundur lagi. Harus mengusahakan sisa 6 juta untuk lanjut berangkat. Mau hutang dulu ga mungkin. Gimana bayarnya tjoy. Iya kalau pihak kampus setuju dengan tambahan 6 juta, kalau engga gimana. Sisa beberapa hari itu dipakai untuk mencari bantuan. Kami juga sudah mendengar opsi gagal berangkat dan harus mengembalikan uang htm yang sudah terlanjur dibayar. Kedua teman saya tadi akhirnya bercerita pada Dekan FE yang juga adalah dosen pembimbing akademik mereka. Ini hanya curhat seorang mahasiswa ke pembimbingnya saja, tidak ada ekspektasi.  Ternyata, lewat sini jalan yang Allah kasih. Pak Dekan malah akhirnya yang mengambil alih urusan proposal kami.  Bahkan beliau pula yang langsung memesankan tiket untuk kami .  H-3 keberangkatan, setelah paginya dikatakan nyaris  gagal berangkat dan harus mengembalikan htm, sorenya Pak Dekan sendiri  yang membelikan tiket.L

Bantuan Pak Dekan sebenarnya juga memberikan pressure. Terutama saya, newbie yang bahkan masih gagap saat bicara. Saya takut sekali menjadi sumber kelemahan dan kekalahan tim. Kami sudah membawa nama Dekan FE. Setelah segalanya, kami mau tidak mau harus membawa pulang satu piala. Malu banget euy udah pake nama Pak Dekan buat nambahin proposal eh malah kalah. Kekalahan yang beralamat akan mengakhiri perjalanan di dunia perilmiahan ini. Akan sangat sulit memperoleh bantuan dana dari kampus lagi. Sore itu, h-2 keberangkatan, kami bertiga saling mengungkapkan kesal sekali lagi dan saling minta maaf. Ini kompetisi yang butuh kerja tim. Sebagai tim, kami harus percaya pada diri sendiri dan percaya pada teman kami. Hari itu juga latihan terakhir kami bertiga, mosi hampir semua terbedah. Hanya menyisakan masing-masing satu mosi yang belum terbedah. Dengan harapan mosi yang belum kami bedah tidak menjadi milik kami wkwk kami pun berangkat.



(Belum sampai Tarakan, masih Balikpapan, 18.00)

Saya ga tau pasti seberapa jauh Palembang – Tarakan. Yang saya tau saya bosan di pesawat wkwk. Lama kali euy. Kami berangkat sekitar pukul sebelas pagi dari Palembang, kemudian transit di Jakarta sekitar 2,5 jam. Terdampar di Bandara sambil makan dan nunggu waktu sholat. Lalu ke pesawat lagi dan beberapa jam kemudian baru sampai Balikpapan. Dari jendela pesawat saya sudah melihat matahari beranjak terbenam. Indah kok. Hanya saya masih cemas, takut, dan jet lag jadi tidak sempat berpuisi. Ini juga kali pertama saya naik pesawat euy. Hampir satu jam kami di Balikpapan, lalu melanjutkan penerbangan ke Tarakan. Hari sudah gelap saat kami sampai di Tarakan. Jam saya menunjukkan waktu 19.30 tapi jam Bandara sudah lewat satu jam. Saya lupa, Tarakan sudah masuk WITA. Disini waktunya memang lebih cepat satu jam. Panitia yang menjemput kami sedang menuju Bandara, tampaknya memang kami yang terakhir datang. Saya kira, setelah sampai di hotel saya bisa berisitirahat dan tidur dengan nyenyak setelah seharian perjalanan. Ternyata hidup tida semudah itu, Esmeralda….

Setelah mandi, sholat dan makan. Kami dikumpulkan dibawah untuk Techincal Meeting (TM) sekaligus pembagian lawan dan mosi. Saya turun ke bawah nyaris terakhir. Bergabung dengan sembarang meja peserta. TM debat ga pernah selesai cepat, pasti akan sangat lama. Saya berpikir apakah karena mereka semua debaters jadi auto mendebat apapun yang dikatakan panitia. Setelah berbagai seruan protes, diskusi, pertanyaan dan sebagainya TM ditutup dan dilanjutkan dengan undian. Dua teman saya tidak keliatan dan belum bisa dihubungi. Maka saya datang sendiri, mengambil undian urutan. Kami tampil keempat. Melawan tim dari Solo, UNS. Saya ga tau yang mana mereka sampai kami menentukan mosi. Tatapan mba-mba (yang sebenarnya ayu itu) terasa mengintimidasi saya. Yaudah mba, mba aja yang ambil. Ikhlas saya mah.
Sungguh saya ingin menarik kata-kata saya setelah itu. Mosi yang kami dapatkan adalah salah satu dari lima mosi yang belum kami bedah. Saya kepingin nangis rasanya malam itu. Sudah hampir jam sebelas malam. Kami belum lama sampai setelah perjalanan sejak pagi. Lelah sudah pasti. Muka juga udah kucel banget. Sementara besok kami harus bertanding dengan mosi yang kami hanya tau judulnya saja. Tidak ada gambaran sama sekali. Bayangan saya akan kasur empuk dan selimut tebal hotel buyar sudah. Beberapa saat kemudian kami bertiga sudah berada di lobi hotel. Duduk sembarang dengan kertas, buku, pena dan laptop. Membahas mosi yang akan dipakai besok. Tiga botol kopi instan menemani kami. Sementara tim lain sedang istirahat dan menyiapkan energi untuk pertandingan besok. Kami malah nyaris tidak tidur semalaman. Saya lupa jam berapa saya masuk kembali ke kamar saya. Sama tidak ingatnya berapa lama saya tidur malam itu. Tau tau sudah pagi saja.


Lomba Debat akan dilaksanakan di Aula Rektorat Universitas Borneo Tarakan. Sekitar setengah jam dari hotel. Semua peserta di jemput menggunakan minibus. Saya pagi itu, duduk bersebelahan dengan tim UNS yang akan menjadi lawan kami. Akhirnya saya bisa berkenalan dengan benar dengan mereka. Beruntungnya mungkin, pagi itu sebelum pertandingan debat.. ada pembukaan acara sekaligus seminar nasional. Pertandingan debat akan dimulai setelah makan siang. Jadi kami punya sedikit waktu istirahat selama seminar. Saya ga inget beberapa kali tertidur saat pemateri bicara wkwk.

Acara  mundur sekitar satu jam dari jadwal seharusnya. Di babak 16 besar ini menggunakan victory point. Delapan tim dengan nilai tertinggi akan masuk ke delapan besar. Artinya dalam satu battle debat, bisa jadi kedua tim masuk ke delapan besar bisa jadi juga kedua-duanya tidak masuk. Tergantung akumulasi nilai. Ada masalah yang terjadi sebelum pertandingan di mulai sehingga mekanisme sedikit berubah. Tim dengan nilai tertinggi akan bertanding satu kali lagi dengan tim lain yang belum punya lawan. Kami bertiga sedikit bercanda waktu itu. Semoga tim kita nomer dua aja, biar ga tanding lagi wkwk
                
Tiga pertandingan pertama belangsung cukup seru. Meski menyaksikan mereka malah bikin tambah tegang wkwk. Jago jago banget euy. Belum lagi pertandingan debat ini dilakukan secara terbuka di Aula dengan microphone besar. Siapapun bisa liat dan bisa denger. Salah kecil juga bisa ketauan. Layar besar penunjuk waktu di kiri kanan. Sementara tiga orang juri duduk dengan manis di depan tim yang sedang bertanding. Serta tim tim lain yang menonton beserta panitianya yang bejibun itu. Keadaan yang sungguh bikin tambah tegang dan gugup.
 
Kami dipanggil setelah pembicara ke-3 tim kontra mulai bicara. Undian untuk menentukan posisi debat, apakah pro atau kontra terhadap mosi serta case building atau penyusunan argument sebelum pertandingan. Kami mendapatkan posisi pro. Saya lupa sih persisnya mosi apa yang kami bahas, tapi  setelahnya kami langsung menepi untuk case building. Biasa banget anak debat case building di sudut sudut. Kami diberikan masing-masing satu kertas kosong. Kertas kosong inilah yang hanya boleh dibawa ketika nanti bertanding sementara catatan, handphone, dsb sama sekali harus ditinggalkan. Waktu case building pun cukup singkat, hanya 10 menit. Tepat setelah waktu case building habis, kami naik panggung. Moderator memperkenalkan kami. Membacakan ulang beberapa aturan. Lalu.. lomba debat dimulai

( hae gaes, kami tim pro)


Pertandingan-pertandingan berikutnya berjalan cukup lancar. Ada satu tim yang tampaknya cukup mencuri perhatian. Tim dari Universitas Airlangga. Mereka (kalau tidak salah) menamakan diri mereka “Ksatria Airlangga” wkwk. Saya perhatikan ada dua tipe debaters. Satu yang teknis debatnya bagus.. bicaranya lancar, bahasa tubuh meyakinkan, intonasi bagus, beretorika, bahkan ada yang suaranya saat bicara dan saat debat berbeda. Mungkin mirip orang yang bisa mengubah suara saat mengaji atau membaca puisi. Tetapi tipe ini kebanyakan tidak terlalu mendalam memahami mosi. Dalam artian secara materi biasa aja. Kedua, ada yang teknis debatnya biasa aja tapi pendalaman materinya keren. Mereka bisa membawa mosi ke dalam teori teori berbagai disiplin ilmu yang relevan. Tim dari Unair ini sedikit istimewa menurut saya. Secara teknis mereka bagus tapi secara materi mereka juga mendalam. Mungkin karena pada dasarnya mereka memang punya public speaking yang bagus sehingga mereka sempurnakan itu dengan pemahaman akan mosi yang mumpuni juga.  Tim ini juga cukup unik. Salah satu anggota mereka ada yang sangat bersemangat dan menggebu-gebu ketika menyampaikan argument. Namun ketika diinterupsi,  ia akan menurunka suaranya dengan halus dan berkata “Sebentar ya, Mbak/Mas” dengan logat jawanya.  Sebuah paradoks yang cukup menghibur penonton. Mereka lawan terkuat menurut saya dalam kompetisi ini. Dalam hati saya sempat berdoa supaya tidak bertemu mereka wkwk.

Pengumuman 8 besar diumumkan menjelang maghrib. Layar proyektor menampilkan urutan poin terbesar hingga terkecil dari 16 tim yang ada. Hasilnya? Kami menempati posisi 2 :” . Persis seperti celetukan saya tadi pagi. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Tama sempat nyeletuk begini  “Nah samo kayak yang kau omongke pagi tadi. Besok ngomong kito juara 1 eh wkwk”. Tapi ujian tidak selesai disitu sodara-sodara wkwk. Tim dari UNS yang menjadi lawan kami juga lolos ke delapan besar.

Pertandingan baru selesai untuk hari pertama. Babak delapan besar hingga final akan di berlangsung besok. Selesai pengumuman, undian urutan  dan pembagian mosi lagi lagi dilakukan. Kami mendapat urutan kedua dan melawan UMY dari Jogja. Dan mosi yang kami dapatkan? Lagi-lagi satu dari tiga mosi yang belum terbedah. Astagfirullah. Lupakan tidur malam ini.

Entah karena sudah lelah. Entah karena putus asa. Seingat saya mosi yang kami kerjakan malam itu belum benar-benar selesai. Esok pagi-paginya kami berkumpul lagi di lobi hotel. Melanjutkan pembedahan mosi. Lebih parah lagi pagi itu kami sampai menelpon salah satu dosen minta jelaskan satu materi. Sesampai di kampus juga saat tim lain sudah berkumpul di Aula kami masih menepi di salah satu sudut dekat lift, melanjutkan penyusunan argumen. Beberapa panitia bahkan mencari dan menunggui kami.

Oh ya di delapan besar ini  menggunakan sistem gugur. Tidak ada lagi victory point. Dari tiap pertandingan akan diambil masing-masing satu pemenang untuk ke semifinal. Kalau kalah ya kalah. Pengumuman semi final diumumkan hampir jam 2 siang. Kedua teman saya menghilang sejak selesai bertanding dan ternyata malah tidur di masjid. Saya sendiri masih cukup kuat untuk tidur di kursi. Lawan kami Tim dari UMY cukup tangguh. Kecil harapan untuk menang dari mereka. Jadi sambil  menungggu pengumuman kami mengecek harga grab car, mau balik aja tidur di hotel. Capek banget.

Hasilnya? Alhamdulillahnya kami lolos lagi. Speechless. Kaget. Bingung.  Terus panik karena ternyata kami harus langsung bertanding lagi. Mau bonus? Lagi-lagi mosi yang digunakan adalah mosi yang belum kami bedah. Parah sekali. Mau ngomong apa?. Tama setengah memohon setengah memaksa meminta kepada anak UMY yang tadi melawan kami untuk memberikan mosi mereka. Anehnya mereka mau wkwk. Entah harus senang atau harus sedih.  Kasian juga mereka baru aja kami kalahkan ehh sekarang malah kami minta bantuan. Tida berperasaan.

Lawan kami di semi final adalah anak UNS yang menjadi lawan kami dipertandingan pertama. Ga sempet mikir apa-apa. Saya juga ga inget saya menceracau apa. Jelasnya materi kami kacau. Banyakan cerita. Saya yang ga pandai beretorika sangat keliatan gugupnya. Belum lagi ditengah pertandingan listrik mati. Adu argument dalam kegelapan wkwk. Listrik kembali normal setelah pertandingan nyaris selesai.
Kali ini benar-benar pasrah. Udah. Keajaiban yang bikin kami bisa menang. Tim Airlangga yang saya anggap lawan terkuat juga lolos ke semi final. Untungnya bukan lawan kami wkwk. 

Pengumuman peserta yang lolos ke final diumumkan setelah asar. Hasilnya lagi-lagi tim kami menang tjoy :”. Kami masuk final. Saya lebih lega karena tim Airlangga ga lolos jadi lawan kami bukan mereka haha. Tim dari Ahmad Dahlan Jogja (UAD) yang akan ke final. Dua tim yang tersisa otomatis akan bertanding sekali lagi untuk perebutan juara 3. Pertandingan mereka akan lebih dulu dimulai, sementara final akan dilaksanakan terakhir. Eh tapi tunggu dulu, panitia mengumumkan bahwa ada kesalahan. Hah? Maksudnya? Bukan UAD yang lolos ke final, tapi Unair. Mantaps wkwkw. Baiq. Apakah akan kuat melawan mereka?. Kami menemui Tim Unair, berkenalan, bercerita. Mereka baik-baik, ramah-ramah tapi tidak ketika dipanggung debat wkwk.  

Pertandingan perebutan juara ketiga sudah dimulai. Sementara itu kami lagi lagi mencari sudut untuk membedah mosi final yang juga belum bedah wkwk. Riswan bilang ke kami begini :

“Biasa aja, anggap latihan presentasi, kita udah pasti dapet piala. Udah ga ada beban lagi”

Iya sih. Jadi bedah mosi sore itu cukup santai. Ga pake acara panik-panikan dan tegang. Tetapi tetap mengusahakan yang terbaik. Kalau bisa juara 1 kenapa puas jadi nomer 2 ya kan? Wkwk.  Mosi yang menjadi bahasan di final itu adalah tentang kesiapan Indonesia dalam Revolusi Industri 4.0. Menjelang pertandingan perebutan juara ketiga selesai, kami dipanggil panitia. Lagi-lagi untuk penentuan posisi. Kami dapet kontra. Tim Airlangga sempat bercanda. Kita suit aja, ga usah debat, udah capek wkwk.


Pertandingan terakhir dilaksanakan setelah maghrib. Sungguh itu debat terberat sekaligus terseru saya wk. Sama-sama anak ekonomi, jadi debatnya benar-benar debat ekonomi. Saling lempar teori dan data. Hujan interupsi. Mereka menyebut data makro, dibalas data mikro. Kami sebut teori A, mereka bawa ke teori B. Kami bawa hasil penelitian a, mereka balas dengan hasil penelitian b. Pertandingan debat terasa sangat seru sekaligus sangat menegangkan.  Setelah pertandingan saya baru tau mereka ternyata satu jurusan dengan kami. Ternyata juga mereka satu angkatan diatas kami.  Wajar aja secara keilmuan mereka lebih matang dari kami.

(pertandingan terakhir)

Pengumuman sekaligus penutupan acara berlangsung setelah isya. Ada acara seremonial kecil sebelum pengumuman pemenang. Sambutan ketua panita. Sambutan ketua Himpunan.  Btw saya suka jadi anak ekonomi di sini. Kultur nya sama kayak teknik wkwk. Berasa lagi di fakultas teknik. Sambutan dilanjutkan perwakilan dosen dan rektorat. Lalu sambutan juri. Saya terharu pas juri bilang sangat puas dengan pertandingan terakhir. Teori yang diajarkan dikelas dibawa ke panggung debat ilmiah untuk membahas isu isu terkini. Beliau bahkan mendoakan kami dapat menjadi ahli dibidang keilmuan. Baik banget ya Allah. Tepat saat beliau mengakhiri kalimatnya, pemenang pertama dari kompetisi ini diumumkan.


(kita menang gengssss :")


Ijinkan saya menyelipkan beberapa foto lagi disini.
 (foto bersama dewan juri)
(seluruh peserta debat nasional)
(Bersama LO yang setelah pengumuman bilang : "aku tau kalian bakalan menang pas lomba tadi, aku sampe bilang ke temen-temenku "mereka ni menang, aku ya lo mereka"" wkwk )

Sungguh segala drama sejak persiapan hingga pertandingan benar-benar terbayar. Malam-malam yang hanya tidur beberapa jam. Setelah segala yang ga enak, sisanya memang cuma yang  baik yang akan datang. Sungguh saya ga tau doa baik siapa yang dikabulkan malam itu :”. Mungkin doa saya, mungkin doa Riswan, mungkin doa Tama atau malah doa orang orang baik yang mendoakan kami. Terimakasih lagi-lagi untuk doa yang selalu terasa dekat dan hangat.

p.s : besoknya karena udah kaya, kita jadi hedon.

Komentar

  1. Bru liat judulnya bikin keinget kalian bawa koper pas KDMI haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha sebenarnya cuma aku yang geret koper pas kdmi. Duh malu bnget itu. Bawa koper dari terminal tm sampe d3 ekonomi bukit. Pede karena ga ada yg kenal, eh tiba tiba ketemu dosen yg negur "kalian mau kemana?". Tambah malu wkkw

      Hapus
  2. Kerenn choy..

    Waktu baca tipe2 debaters. Aku teringett waktu pertama kali aku ikut debat keimi. Disitu dirimu sedikit terkejut, suara aku berbeda dari biasanya..

    Maklumlah, cuma penampilan yang bisa aku maksimalkan karena sedikit paham materi.. Ahaha 😂

    Semoga kalian bisa menjadi seorang ahli
    dan Menjadi pemimpin negeri yang bijaksana.. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiin. Doa yang sama buat bale.

      Btw, Bale. Pas debat itu aku kaget karena bale bisa debat loh wkwk susah debat yang teknis itu. Meski mereka ga mendalam paham materi tapi mereka juga punya pengetahuan yang mumpuni. Plus skill ngomong yang juara. Orang yang kayak aku nih bisa kalah kalau lawan mereka wwkk

      Hapus
  3. Keren euyy :)
    Btw, kayaknya baru di postingan ini ada gambar-gambar wkwk Lanjutkaan Mbakk ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soalnya panjang dan agak absurd wkwk jadi ditambahin gambar biar kebayang

      Hapus
  4. Uhuy ini ya yang pialanya guede minta ampun wkwk

    Kagum banget sama timnya Ais dan kawan-kawan. EP Pacak, segalo pacak siap. Oiya itu sungguh pengalaman yang tak terlupakan ya, pertama kali naik pesawat langsung 5 jam di pesawat. Sensasinya itu lho pasti terngiang-ngiang~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Campur aduk wkwk. Takut naik peswatnya, takut karena lombanya.


      Sekarang ep pacak hilang, diganti ep biso. Padahal dah capek capek bawa ep pacak ke kalimantan :"

      Hapus
  5. Kabar gembira untuk kita semua. Tulisan aisyah kini sudah ada gambarnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngikutin saran kak dodo, biar enak dibaca tambahin foto :D

      Hapus
  6. Aku dong, gapernah lomba, tapi berdebat terus

    BalasHapus
  7. Gak bosan bacanya walaupun panjang :v
    Jadi tau gimana lika-liku kehidupan anak keilmiahan. Semangat dek, manfaatkan lah uang rektorat dan dekanat selagi masih sempat :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk itu baru sebagian kak, lebih banyak lagi penderitaan lainnya. Soalnya harus tetep menderita dan bawa piala kalau masih mau pake uang rektorat dan dekanat :v

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Januari

Gibahin Orang sambil Cerita Keresahan