Tadi, Aku Ingat.

 “Satu alasan kenapa kau ku rekam dalam memori, satu cerita teringat di dalam hati, karena kau berharga dalam hidupku teman, untuuk satu pijakan menuju masa depan”

Bondan and Fade 2 Black – Kita Selamanya





Tadinya aku ingin menulis banyak tentang kisah perjalanan kita di Surabaya. Tadinya ingin kuceritakan pesawat kita yang delay berjam-jam tapi malah jadi rejeki. Sandi Uno muncul di Bandara hingga membuat kerumunan besar. Dwik yang berlari antusias dan betapa senangnya dia saat berhasil foto bersama. Kenangan itu tak hanya direkam ingatan, tapi juga instagram. Tadinya ingin kuceritakan kerennya Tim Olimpiade yang berhasil menembus 10 besar nasional setelah mengalahkan ratusan tim. Hingga membuat kita duduk melingkar halaman masjid sambil lesehan. Mengurungkan niat latihan dan membantu mereka membedah kasus. Tadinya juga ingin kuceritakan kisah kaburnya kita dari panitia. Maya dan Dwik yang sampai lewat pintu belakang, atau aku dan Reski yang makan didekat tangga. Atau kisah Aziz si anak lurus yang diajak hedon dan keliling Surabaya tapi tetap stay dengan kepolosannya. Juga tim kami yang menghilang dari pagi hingga malam hari. Aku juga ingin menceritakan nikmatnya menu warung tenda pinggir jalan yang kami nikmati malam itu. Warung tenda yang amat ramai hingga kursi yang sedang kita duduki sudah ada yang ingin memiliki. Tadinya, ingin kukisahkan juga tiap jengkal kota Surabaya yang indah. Yang lampu jalannya saja membuat kita betah memandangnya berlama-lama (oke ini lebay).

            Tapi ingatanku membeku. Aku hanya bisa membayangkan potret-potret itu tanpa bisa melukisnya dengan kata-kata. Aku hanya bisa mengingatnya seolah-olah ia ingin berdiam disana saja dan tidak ingin diberitahukan kepada siapa-siapa. Ingatanku seolah-olah hanya ingin menjadi milikku dan tidak rela jika harus dibagi kepada orang lain. Maafkan aku. Tulisan ini mengecewakanmu. Ia tetap ingin hanya berada di dalam kepalaku.

            Maka, mungkin biarkan aku berterima kasih saja. Terimakasih sudah menjadi bagian dan menjadikan aku bagian dari perjalanan. Kata Helvy Tiana Rosa, menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dengan menulis, seorang penulis baru saja memperpanjang umurnya. Aku lebih suka andai bisa mengabadikan kalian, dalam tulisan, dalam lisan dan dalam ingatan.

 

                                                            -menjelang temilnas lagi, waktu benar-benar berlalu dengan kecepatan yang tidak bisa diprediksi

Komentar

  1. Waktu datang dan pergi begitu saja yah.. Kayak doi :)

    BalasHapus
  2. Ini adalah contah saat aku tidak tau hatus berkomenyar apa. Masyaallah spechless sama perjalanan dan pengalam kalian, malu sama diri sendiri yang masih mengungkung nyaman :(

    BalasHapus
  3. Keren emang, lanjutkan Mbak :)
    *kukira bakal sangat panjang ini tulisannya tadi :v

    BalasHapus
  4. Manteb, saya jadi teringat kota Semarang wkwk

    BalasHapus
  5. Sungguh mengingatkan saya akan suatu hal

    BalasHapus
  6. Seperti tulisan ini akan ada lanjutannya hehe, di tunggu🙏🙏

    BalasHapus
  7. Eh ada aku di potret itu. Surabaya kota kenangan :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Januari

Jelajah #1 : Tarakan, Kalimatan Utara. (Pengalaman Debat Nasional Pertama)

Orang-orang yang Pernah Hadir