Gibahin Orang sambil Cerita Keresahan

Sepagian ini sambil beberes saya dengerin satu podcast yang cukup menarik. Podcastnya suami istri paling hits sejagat twitter kali ya. Sabda PS dan Cania Citta. Sabda adalah founder platform belajar zenius.net, dan karena saya juga adalah salah satu alumni zenius, maka saya lebih mengenal beliau sebagai salah satu guru online saya. Sementara Cania Citta, adalah content creator channel youtube geolive. Channel yang banyak ngebahas politik, hukum, juga sosial. Mereka berdua ini, banyak dikenal sebagai orang orang pinter yang punya scientific mindset. Plus para libertarian sejati. Orang orang yang memperlakukan politik layaknya science dan itu menurut saya sih justru jadi bikin politik itu sendiri jadi terasa sebagai sebuah bidang ilmu bukan sekedar tempat bagi bagi kekuasaan aja haha. Tapi ya sekaligus membuat sebuah warna baru dalam perpolitikan. Buat yang penasaran siapa mereka, silahkan bisa di googling atau buka twitter mereka.

Sabda, sebagai orang yang saya baca tulisan dan pemikirannya, tentu saja pemikiran dia banyak mempengaruhi saya. Dia orang yang membuat saya mau dan sadar bahwa science itu penting banget dalam kehidupan. Metodologi di science bikin kita jadi punya metode berpikir yang benar yang menghasilkan scientfic mindset. Scientific mindset ini berguna sekali untuk mengambil keputusan, yang ga hanya di ranah personal tapi bisa jadi juga ranah publik kalau ternyata kita adalah si pembuat kebijakan. Selain itu ya bikin kita jadi tau dan bisa mem-verifikasi sendiri informasi yang kita dapet. Jadi ga kemakan hoaks. Ini juga yang menjawab kenapa sih dua orang bisa berbeda sekali pandangan padahal mereka memperoleh informasi yang sama. Informasi sudah equal tapi kenapa kecerdasan tidak bisa equal? Ya karena mindset tadi. Dia yang menyadarkan saya bahwa pendidikan tuh bukan buat nilai tapi buat bagaimana menjadi manusia. Misal nih, kampanye zero waste yang beberapa waktu ini lagi marak. Untuk menjaga lingkungan laut kayak gitu misalnya, kita harus belajar tentang ilmu lingkungan, ekosistem, dan turunan ilmu lainnya biar kita sadar kenapa kita ga boleh buang atau make sampah plastik sembarangan. Dan society harus paham ini, karena ga mungkin yang begini hanya dipahami sebagian orang saja. Lah kita tinggal di bumi sama-sama. Kalau sebagai muslim sih dapat disimpulkan begini, untuk menjadi khalifah di bumi.. penjaga dan perawat bumi kita harus punya banyak ilmu tentang bumi dan para penghuninya itu sendiri. Pendidikan itu bukan buat being google yang tau segalanya tapi buat memberi manfaat dan dampak ke masyarakat banyak.

Berbeda dengan Sabda, saya ga punya pengalaman belajar dengan Cania Citta. Saya hanya tau kalau dia ini anak olimpiade biologi sejak sd sampai ke tingkat international. Orang yang juga hidup di lingkungan debat ilmiah sepanjang hidupnya. Cania adalah orang dengan level ignorance yang sangat ekstrim sih menurut saya, dia ada dilevel dimana dia tidak peduli manusianya secara personal tapi peduli topik apa yang dibahas. Kalau kamu bisa bahas topik a, dia akan betah berjam jam bicara dengan kamu tapi kalau engga, ya dia akan mikir ngapain kita ngobrol. Cania juga adalah manusia yang sangat tidak menggunakan perasaan. Dia akan sangat bisa menyerang argumen orang habis habisan tanpa merasa menyinggung orang tersebut. Sebaliknya, kita bisa menyerang dia dari sisi argumen maupun personal dan dia akan totally fine. Ga terpengaruh apa apa. Oh ya, Cania ini adalah lulusan ilmu politik UI meskipun sejak sd justru ikut olimpiade biologi. Dia sadar, mau sekeren apapun riset ataupun solusi yang bisa dibuat ilmuwan, ga akan pernah dipake kalau government ga menyetujui dan mengadopsi itu. Makanya dia memilih belajar bagaimana proses kekuasaan itu.

Oke. Jadi mungkin bisa terbayang ya gimana mereka berdua ini wkwk. Orang-orang yang tingkat kecerdasannya tidak usah diragukan. Juga bagaimana tingkat literasi mereka. Mereka terbiasa membaca banyak buku-buku science maupun social sejak kecil. Podcast yang tadi saya denger juga bahas tentang Corona dan apakah bakat itu beneran ada. Tentang konsep diri, mentalitas, juga science yang insightful sekali.

Jadi apa nih yang mau saya bahas?
Ini sih keresahan saya saja. Kenapa kok orang orang seperti mereka, yang tingkat literasi tinggi dan punya scientific mindset yang oke, hampir selalu bermusuhan dengan agama, terutama islam. Kenapa kok orang orang seperti mereka selalu menganggap orang yang taat menjalankan perintah agamanya adalah orang orang yang irasional.

Apakah karena agama ga memenuhi metode ilmiah sehingga percaya pada agama adalah sebuah kepercayaan tanpa bukti? Ya percaya karena percaya aja.

Saya jadi berpikir, kalau karena science nya, bukannya dulu peradaban islam adalah peradaban yang sangat gemilang jauh melampaui romawi dan persia yang lebih dulu eksis ribuan tahun. Bukankah dulunya ilmu pengetahuan itu bersumber dari kita, dari peradaban islam? Bukankah tidak terhitung berapa ilmuwan muslim yang penemuan penemuannya berhasil mengubah dunia. Bukankah dulu Eropa berhutang banyak pada islam karena cahaya islam lah mereka menjadi peradaban yang lebih baik? Bukannya dulu, udah biasa banget Ulama itu polymath. Ahli fisika, matematika, astronomi, sekaligus juga penghafal Alquran dan memahami agamanya sebagaimana dia memahami matematika.

Kalau melihat sekarang sih, kita sudah jauh banget tertinggal. Hal-hal yang seharusnya kita kuasai justru banyak dikuasai oleh mereka yang ga suka sama islam. Sehingga mereka jadikan itu juga buat menyerang islam. Misal contoh dua orang tadi, mereka adalah pendukung kaum pelangi dengan bukti bukti ilmiah yang mereka bawa. Orang yang menolak dengan dalih agama justru ga dianggap sebagai sebuah alasan bagi mereka.

Saya yakin sih, banyak banget muslim yang juga punya apa yang mereka juga punya. Banyak banget ilmuwan muslim saat ini yang punya critical thinking dan scientific mindset, tapi ga keliatan dan ga muncul dipermukaan. Yang muncul dipermukaan dan sering menghadapi mereka ya justru orang orang yang biasa aja. Yang (maaf sekali) tingkat literasinya rendah dan tidak punya framework berpikir yang setara. Jadi ya dikadalin aja. Sisanya diam dan memilih tidak peduli, karena memang berada di dunia yang berbeda. Sementara di sisi lain, pemikiran mereka banyak diadopsi anak muda muslim yang dalam pencarian jati diri (ya saya juga sih salah satunya). Ada kekosongan opini yang bernas dari sisi kita katakanlah.

Titik pangkal perjuangan adalah keresahan sih. Resah karena melihat sesuatu tidak pada tempatnya. Resah melihat benar dan salah terbolak balik. Mereka (dan banyak orang lainnya) meletakkan benar dan salah secara relatif dan subjektif. Menghukumi sesuatu berdasarkan akal manusia yang jelas jelas terbatas.

Kenapa sih yang begini banyak banget? Karena mereka berani menyampaikan pendapat mereka. Berani menyuarakan apa yang mereka yakini benar. Mereka muncul dimana-mana, di tv, berbagai sosial media, youtube dll. Mereka juga didukung oleh bacaan-bacaan dan literasi yang mumpuni. Mereka serius sekali mempelajari segala macam bidang ilmu tersebut. Juga expert dibidang masing-masing. Sementara kita, textbook wajib aja males bacanya. Haduh. Padahal kalau kita minimal punya framework berpikir  yang setara, juga expert dibidang kita, maka opini opini semisal bisa aja dibendung.

Udah ya hehe. Mau cerita keresahan aja. Btw saya bukan haters mereka berdua ya. Seperti yang saya bilang, Sabda adalah guru online saya yang banyak mempengaruhi kerangka berpikir saya. Cania meski bukan guru saya, saya suka dengn cara berpikirnya. Ada banyak hal lain yang saya suka dari mereka dan sepakat, opini mereka tentang bagaimana berilmu, metodologi ilmiah, kerangka berpikir, juga tujuan pendidikan itu sendiri menurut saya sih ga ada yang salah ya. Hanya di sebagian besar yang lain, saya juga banyak tidak sepakatnya.

Semoga bisa diambil manfaatnya.

Komentar

  1. Mantul dah, tulisan ini mengingatkan akan sebuah quote "Kebesaran islam bermula dari kecintaan masyarakatnya terhadap ilmu".

    Kebanyakan sekarang cuma nerima ilmu dah gitu aja tanpa memperdalamnya (termasuk remahan rengginang ini), jadi kalo opini disanggah dengan orang yang lebih dalam ilmunya, mulai patah dah🥺

    BalasHapus
  2. Podcastnya suami istri paling hits sejagat twitter kali ya. Sabda PS dan Cania Citta.

    Aku tapi ga tau siapa mereka hahaaa :((

    BalasHapus
  3. Merek yang berani menyampaikan pendapat sering dianggap paling benar. Dan sering sekali yang sudah tau tapi hanya diam saja. *Apa sih ini maksudnya wkwkwk

    BalasHapus
  4. Mari anak muda, kita belajar sungguh-sungguh agar nanti sudut pandang kita bisa didengar dengan baik dan berpengaruh untuk kebaikan (bingung mau komen apa, cuman bisa manggut-manggut aja😁)

    BalasHapus
  5. Btw, karena tulisan ini aku jd search Cania Citta wkwk. Keren sih, aku suka cara dia nyampei sesuatu, lumayan open minded, but sama, ada bbrp hal yang gak sepakat..banyak kayanya wkwk.

    BalasHapus
  6. Banyak yang bilang kalo belajar gak perlu bawa2 agama. Dan ini sih sebenernya yang bikin peradaban islam waktu itu runtuh. Sebab ada bbrp hal dlm ilmu pengetahuan yang gak bisa dipahami pake akal manusia yang terbatas. Suka miris, padahal dlunya pas zaman Abasiyah, baghdad jadi pusat ilmu pengetahuan, ilmuwan muslim jadi rujukan. Ohh iya btw jadi inget film "1001 invention and the secret of library". Keren. Cb deh tonton hehe.

    BalasHapus
  7. Yah, ini tulisan jadi keresahan kita bersama ya dek.

    BalasHapus
  8. Kalau aja bisa kirim stiker yang ada tulisan "Posisi Nyimak" itu di sini, Rena bakal kirim stikernya ke sini. Benar-benar dalam Posisi Nyimak soalnya. Btw, abis baca, auto kepoin mereka deh :)

    BalasHapus
  9. Ya saya juga sering liat talk2nya di yutub. Tapi, yg kadang saya ngk suka dgn Cania itu, dia sering motong oleh omongan narasumber, kadang malah dia yg mendominasi. Seperti saat dia dgn Pandji. #Dweky

    BalasHapus
  10. aku gatau apa2 tentang mereka. aku hny manusia biasa :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. krna tulisan inu, aku tau siapa mereka, tp g penasaran dgn mereka. aku hanya ingin makan bakso dengan tenang

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Januari

Jelajah #1 : Tarakan, Kalimatan Utara. (Pengalaman Debat Nasional Pertama)