Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Review Muhammad : Para Pengeja Hujan, Tasaro GK

Gambar
  "Jika kisahmu diulang seribu tahun setelah kepergianmu, maka mereka yang mencintaimu akan merasakan kehilangan yg sama dengan para sahabat yang menyaksikan hari terakhirmu, wahai, Lelaki yang Cintanya Tak Pernah Berakhir" Jadi, ini adalah buku kedua dari tetralogi Muhammad-nya Tasaro GK. Buku pertama udah kelar dibaca sekitar bulan juli lalu, tapi waktu itu ga niat ngereview. Buku kedua ini, pengen aing review karena merasa bener-bener takjub sama isi buku. Bukan karena buku pertama ga bagus sih, mungkin karena dulu masih meraba-raba arahnya, kalau buku kedua kan tinggal melanjutkan arah saja. Basically, Seri novel sejarah ini punya dua sisi cerita yang bergantian diceritakan. Satu, bagian sirah nabawiyah yang menceritakan secara detil, lengkap, dan dengan bahasa yang sangat indah perjalanan Rasulullah mulai dari kelahiran, kenabian, hari terakhir beliau di Bumi, para sahabat pasca ditinggalkan beliau dan peradaban islam. Bagian kedua, cerita tentang tokoh bernama Kashva, s

Rancang Rencana

Ini bukan bentuk keluhan Ini cuma mencoba merayakan kegagalan Agar hati lebih lapang Agar jiwa lebih tenang Agar sabar lebih dalam Dan agar syukur lebih luas ---- Jadi, sebagai mahasiswa tingkat akhir, hal yang paling mengganggu pikiran tentu saja adalah skripi atau tugas akhir. Emang bener, skripsi ini sering bikin kepikiran dimana-dimana.  Lagi streaming koreaa, inget proposal belum kelar Lagi baca buku, kebayang jurnal yang belum di review Merasa bersalah terus aja gitu kalau bisa leha-leha sementara skripsi ga berprogress. Mirip pacar posesif yang tiap hari minta dikabarin (halah, kayak pernah punya pacar aja) Skripsiku agak drama gitu diawal Aku udah punya rencana banyak banget sejak semester 5 Ingin kuliah lagi sehabis lulus. Kuliahmya pengen pake beasiswa dan kalau bisa di luar negeri gitu. Persiapannya kalau bisa sih sedini mungkin. Biar kalau udah lulus tinggal eksekusi dan ga lama nganggurnya. Udah survey beasiswa dan kampus Udah ngelist syarat-syaratnya Bahkan ikut banyak lo

Orang-orang yang Pernah Hadir

Waktu pertama kali liat list tema minggu ini adalah Kisah Kasih di Sekolah, aku refleks tertawa. Mengingat kumpulan anak manusia yang  dulu pernah disukai sedemikian rupa dan betapa aku pernah sangat dangkalnya memandang urusan rasa (halah bacot). Jadi ya, tulisan ini akan mengingat kembali perjalanan kisah cintaqu yang super alay ( dan mintak diterajang ) sejak sekolah hingga berakhir masa sekolah. Sekalian merefleksi apa-apa yang sudah terjadi dan apakah ada pelajaran yang bisa diperoleh. Aku adalah orang yang tidak beruntung urusan perasaan. Kalau naksir orang, ga pernah ditaksir balik. Eh tapi kalau ada yang naksir, akunya ga suka. Jadinya kisah cinta itu ga pernah kesampaian. Patah atau dipatahkan. Kecewa atau dikecewakan. Maka keseluruhan cerita ini bisa ditebak, kasih tak sampai. Mari kita mulai dengan pertama, orang pertama yang tidak beruntung itu adalah kakak kelas di masa SMP. Satu tingkat diatasku, tapi dua tahun lebih tua. Badannya tinggi, wajahnya bening, dan cukup good l

Pesan Tidak Sampai

Kepada orang yang tidak akan membaca pesan ini Aku kirimkan ribuan sapaan yang tertahan Lewat pikiran tanpa perasaan Karena frekuensi pikiran kita bisa jadi tetap sama tapi frekuensi rasa sudah jelas berbeda Apa kabar? Sungguh sebuah basa basi yang amat basi Tanpa bertanya, aku pun sudah tau. Bahwa kau sekuat karang Aku sudah lama tau Bahwa tidak akan ada yang mampu menghentikan langkahmu Aku juga tau Tapi berhentilah sejenak jika lelah Duduk Biarkan langit memelukmu Biarkan matahari sore itu menyapa wajahmu Biarkan angin semilir memainkan ujung jaketmu Dan biarlah air mata itu jatuh Perjalanan ini masih panjang Dan kau sedang berjalan sendirian Menempuh jalan yang entah dimana akhirnya Berkejaran dengan waktu Berlomba dengan takdir Akankah sampai katamu? Sampai Tentu saja kau akan sampai Tapi ada jawaban lain selain bergegas Kesabaran Tertanda Teman Bicara

Just Babling (4) : Berisik

 Udah lama ga nulis. Udah lama ga bercerita dengan baik ke diri sendiri. Waktu rasanya mengejarku dengan sangat cepat. Tidak menyisakan satu detik pun untuk menghela nafas, apalagi duduk diam sambil bercengkerama dengan diri sendiri. Akhir-akhir ini kepalaku cukup ramai. Ada banyak kekhawatiran. Manusia ya begitu. Ga cuma tempat banyak salah dan dosa tapi juga makhluk yang suka mengkhawatirkan banyak hal. Pikirannya menakutinya sendiri. Overthinking. Padahal kemana lagi dia menepi kalau bukan ke dirinya sendiri? Kegagalan beruntun yang kualami akhir-akhir ini juga cukup menyentak. Kecil sih. Tapi karena banyak, jadinya cukup bikin perih juga. Ibarat jatuh dari sepeda, sekali dua kali mah masih gapapa. Lah kalau sepuluh kali?. Pedih dan kadang memaksa kita untuk berhenti dan beristirahat. Menepikan sepeda sebentar sambil meneguk segelas air. Benarlah, kita memang ga bisa gapapa pada segala hal yang kita katakan "gapapa". Luka memang perlu diakui. Sekecil apapun itu. Aku juga m

Tadi, Aku Ingat.

Gambar
  “Satu alasan kenapa kau ku rekam dalam memori, satu cerita teringat di dalam hati, karena kau berharga dalam hidupku teman, untuuk satu pijakan menuju masa depan” Bondan and Fade 2 Black – Kita Selamanya Tadinya aku ingin menulis banyak tentang kisah perjalanan kita di Surabaya. Tadinya ingin kuceritakan pesawat kita yang delay berjam-jam tapi malah jadi rejeki. Sandi Uno muncul di Bandara hingga membuat kerumunan besar. Dwik yang berlari antusias dan betapa senangnya dia saat berhasil foto bersama. Kenangan itu tak hanya direkam ingatan, tapi juga instagram. Tadinya ingin kuceritakan kerennya Tim Olimpiade yang berhasil menembus 10 besar nasional setelah mengalahkan ratusan tim. Hingga membuat kita duduk melingkar halaman masjid sambil lesehan. Mengurungkan niat latihan dan membantu mereka membedah kasus. Tadinya juga ingin kuceritakan kisah kaburnya kita dari panitia. Maya dan Dwik yang sampai lewat pintu belakang, atau aku dan Reski yang makan didekat tangga. Atau kisah Aziz si

Ibu dan Kue Lebaran

Tiap kali menjelang hari raya, yang sering heboh tu yah Ibu. Pasti jauh jauh hari udah nanya. Mau bikin apa lebaran ini, Yuk?. Saya tau, itu bukan pertanyaan yang butuh jawaban. Perempuan tuh selalu begitu yah gengs ~ Nanya bukan karena ga tau, tapi sekedar butuh konfirmasi aja. Pun sama juga dengan kalimatnya yang selalu bilang "Kita sederhana aja ya lebaran ini, masak dikit dikit aja". Tapi ujung-ujungnya sama aja. Masaknya buanyak. Udah bikin tekwan. Masih mau juga bikin sop ayam. Kadang juga bikin pempek. Udah bikin opor juga, masih ditambah bikin yang lajn. Dan jangan lupakan kue kue khas palembang yang rasanya manis luar biasa. Maksuba dan delapan jam adalah keharusan. Masaknya lama banget karena masih pake cara tradisional. Maksuba dimasak bukan pake oven. Tapi pake tutup dari tanah liat yang dipanaskan diatas kompor. Lalu setelah panas, diletakkan diatas cetakan maksuba. Biar mateng. Kalau delapan jam, ibu bakalan masaknya dengan dikukus menggunakan kayu bakar. Ibu

Just Babbling (3) : Mendengar dan Didengar

Habis baca berita Maudy Ayunda sama (yang diasumsikan) pacarnya berantem yang memenuhi twitter beberapa waktu lalu. Saya ga tertarik sih sama siapa pacar barunya ini, lebih tertarik sama topik yang dibahas. Mereka bertengkar karena masalah klasik sekali : komunikasi. Bahkan orang sepinter mereka berdua katakanlah, tetep punya masalah klise ini. Masalahnya sederhaan banget sih, salah satu pihak merasa topik a menarik, tapi yang lain engga. Ada yang kesal karena merasa tidak didengarkan, ada yang kesal karena lelah mendengarkan topik yang ga disuka. Satu pihak merasa sudah ngasih respon yang baik, tapi satu pihak masih merasa diabaikan. Satunya suka komedi, satunya suka bahas sejarah. Topik yang menarik bagi salah satu pihak, bisa jadi amat tidak menarik bagi yang lain. Karena kejadian yang keliatan kecil dan sepele begini akhirnya bertumpuk-tumpuk, maka meledaklah pertengkaran itu. Topik pertengkaran mereka ini menarik sih bagi saya pribadi. Mungkin karena saya pernah merasa diposisi it

Just Babbling (2) : Tidak Produktif (?)

Sejak pertengahan maret gw udah dirumah. Udah meninggalkan hidup gw yang (keliatan) sibuk dan aktif banget. Udah meninggalkan kampus dan apa-apa didalamnya. Sometimes gw merasa mirip Harry Potter atau bahkan dalam level ekstrim Voldemort wkwk. Yang merasa bahwa Hogwarts adalah rumahnya. Justru mereka lebih sedih saat harus pulang ketimbang harus sekolah. Gw merasakan itu. Persis. Makanya mungkin tulisan gw ketika dirumah keliatan sangat tidak betah dan mungkin malah bikin orang rumah malah keliatan jelek. Padahal engga juga. Jadi begini, tiap kali pulang kerumah gw merasa capek aja sih. I do all this domestic stuff yang dimana ini rasanya sangat menghabiskan energi. Bangun pagi, beberes rumah, nyuci baju, nyuci piring, nyapu, ngepel bahkan kadang juga masak buat sarapan dan makan siang. Semua kerjaan itu selesai sekitar jam 10-11 siang. Biasanya gw langsung mandi dan habis itu rebahan. Capek euy. Ditengah rebahan itu biasanya gw juga akan ngurusin adek gw yang nanya pr, minta masakin s

Asam Manis Hidup Seorang Gap Year-er (2)

"Impian yang besar, tidak akan diraih dengan keteguhan yang kecil, sebab jarak antara harapan dan kenyataan, adalah lapis-lapis ujian"  -  Syarbaini Abu Hamzah Kutipan itu adalah kalimat favorit saya, tiap kali mencoba menguatkan diri sendiri. Menjadi penyemangat kala hati lemah, menjadi energi kala lelah. Lapis-lapis ujian yang saya jalani sesungguhnya juga adalah lapis-lapis keberkahan. (bagian pertama dari tulisan ini bisa dibaca disini ) Satu tahun saya menghabiskan waktu mengajar di sekolah itu. Meski nyaman dan banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan, pekerjaan ini tetap tidak memberikan gaji yang besar. Jauh dibawah upah minum yang ditetapkan pemerintah. Maka, untuk menambah penghasilan, saya mencari pekerjaan lain. Saya diterima menjadi pengisi eksul salah satu smp di palembang dan juga menerima berbagai les privat ke rumah rumah. Pagi mengajar disekolah, siang hingga sore ke smp atau ke rumah murid. Maka satu tahun itu terasa amat melelahkan, hari hari terasa bera

Just Babbling : Ngomongin Nikah

"Menikahlah dengan seseorang yang juga mau menikahi mimpi-mimpimu. Yang matanya berbinar ketika citamu berbinar. Yang senyumnya ikut terkembang ketika asamu terkembang" - Aji Nur Afifah Ngomongin nikah, di usia yang sebenarnya udah boleh nikah tuh seru seru greget gimana gitu ya. Kalau saya sih, beberapa kali ikut kepikiran tentang "kapan?", terlebih teman-teman seusia bahkan adik tingkat udah banyak banget yang nikah. Sebagian besar malah udah jadi ibu. Saya mikir, kayaknya seru juga nih kalau ada temen yang bisa dipaksa tinggal seumur hidup. Kemana-mana berdua, ada yang nganterin ke kampus, ada yang bisa diajak deep talk dan ngobrolin hal receh kapan aja, ada yang bisa jadi 911, ada yang bantuin ngerjain paper, masak bisa gantian, dsb. Tapi ketika dipikirkan dengan lebih serius dan mendalam, malah jadinya takut dan berpikir nanti aja. Kepingin mengkhawatirkan doi tapi ujungnya malah lebih khawatir sama diri sendiri. Ya gimana. Masa mau menikah cuma karena al

Gibahin Orang sambil Cerita Keresahan

Sepagian ini sambil beberes saya dengerin satu podcast yang cukup menarik. Podcastnya suami istri paling hits sejagat twitter kali ya. Sabda PS dan Cania Citta. Sabda adalah founder platform belajar zenius.net, dan karena saya juga adalah salah satu alumni zenius, maka saya lebih mengenal beliau sebagai salah satu guru online saya. Sementara Cania Citta, adalah content creator channel youtube geolive. Channel yang banyak ngebahas politik, hukum, juga sosial. Mereka berdua ini, banyak dikenal sebagai orang orang pinter yang punya scientific mindset. Plus para libertarian sejati. Orang orang yang memperlakukan politik layaknya science dan itu menurut saya sih justru jadi bikin politik itu sendiri jadi terasa sebagai sebuah bidang ilmu bukan sekedar tempat bagi bagi kekuasaan aja haha. Tapi ya sekaligus membuat sebuah warna baru dalam perpolitikan. Buat yang penasaran siapa mereka, silahkan bisa di googling atau buka twitter mereka. Sabda, sebagai orang yang saya baca tulisan dan pemiki

Jelajah #1 : Tarakan, Kalimatan Utara. (Pengalaman Debat Nasional Pertama)

Gambar
Pada bulan Maret 2019 lalu, Allah kasih saya nikmat menjelajah bumi-Nya. Mewujudkan impian kecill dan norak saya : kepingin pergi jauh. Jauhnya ga nanggung lagi, Kalimantan Utara. Memakan waktu nyaris hampir 5 jam (jika ditotal) melalui pesawat udara.   Semuanya atas satu tujuan mulia (halah) : ikut kompetisi debat nasional.  Semuanya bermula sederhana, pada akhir 2018  tidak ada angin tidak ada hujan saya menuliskan resolusi 2019 saya : ingin mencoba kompetisi debat. Waktu itu saya sangat buta dan ga tau sama sekali apa itu debat. Jangankan debat, dunia kompetisi ilmiah ini adalah hal yang sangat asing bagi saya. Diluar jangkauan. Seolah-olah dunia ini berada diseberang lautan sementara saya cuma batu di dasar laut. Keliatan debunya aja engga.  Maka, keinginan itu cuma harapan yang mungkin ga akan menemukan jalannya. Tetapi ya, kalau di khayalan saja saya tidak berani, bagaimana bisa berwujud. Awal   desember 2018 sebelum libur semester, sebenarnya Riswan, teman seangkatan saya