Orang-orang yang Pernah Hadir

Waktu pertama kali liat list tema minggu ini adalah Kisah Kasih di Sekolah, aku refleks tertawa. Mengingat kumpulan anak manusia yang  dulu pernah disukai sedemikian rupa dan betapa aku pernah sangat dangkalnya memandang urusan rasa (halah bacot). Jadi ya, tulisan ini akan mengingat kembali perjalanan kisah cintaqu yang super alay (dan mintak diterajang) sejak sekolah hingga berakhir masa sekolah. Sekalian merefleksi apa-apa yang sudah terjadi dan apakah ada pelajaran yang bisa diperoleh.


Aku adalah orang yang tidak beruntung urusan perasaan. Kalau naksir orang, ga pernah ditaksir balik. Eh tapi kalau ada yang naksir, akunya ga suka. Jadinya kisah cinta itu ga pernah kesampaian. Patah atau dipatahkan. Kecewa atau dikecewakan. Maka keseluruhan cerita ini bisa ditebak, kasih tak sampai. Mari kita mulai dengan pertama, orang pertama yang tidak beruntung itu adalah kakak kelas di masa SMP. Satu tingkat diatasku, tapi dua tahun lebih tua. Badannya tinggi, wajahnya bening, dan cukup good looking (tapi tidak radikal). Jabatannya dulu ketua OSIS SMP. Kiper andalan tim sepakbola dan juga jago main volley. Tapi bukan itu yang membuatku terpesona. Dia adalah teman baik sahabat cowokku, temen kelas yang mayan pinter. Kami awalnya tidak pernah saling menyapa. Aku bahkan tidak sadar eksistensinya di dunia ini.

Semuanya bermula dari satu hari saat ujian semester ganjil. Tahun pertamaku di SMP. Kami diatur untuk duduk bersebelahan dengan kakak kelas untuk menghindari kecurangan. Dan karena nama kami sama-sama berawalan A, dia duduk tepat dibelakangku. Hari pertama saat aku masuk kelas dan meletakkan tas di bangku, dia dengan usil menyapaku.


"Ohh jadi ini pacarnya Eka"

Eka adalah nama sahabatku itu.

Aku menatapnya dengan mengernyitkan dahi. Ngomong apa sih orang ini? Aku mengabaikannya dan memilih duduk dibangku. Membuka buku catatan yang kubawa dan membacanya sebelum ujian dimulai. Tapi suaranya lagi-lagi memecah konsentrasi.

"Ciee pacaran sama Eka"

Aku menoleh ke belakang. Menatapnya dengan galak. 

"Dahlah diem, aku nak belajar"

Tapi kalimatku itu justru disambarnya dengan tawa yang menyebalkan. Dia terus menggangguku. Mengatakan kalimat-kalimat menyebalkan.

Tidak hanya itu saja. Sejak hari itu dia menjadi benar-benar menyebalkan. Menjahiliku dimanapun kami bertemu. Di jalan. Di depan kelas. Di kantin. Bahkan di ruang guru. Hari-hariku dipenuhi seruan menyebalkan... tapi mulai berbeda. Aku jadi tidak sadar mulai sering memperhatikannya. Mengamati perilaku dan kebiasannya. Melihat siapa teman-temannya. Memperhatikan saat dia main sepakbola, volley, atau sekedar berbicara dengan guru. Aku tau kalau dia amat ramah dan suka tersenyum. Aku tau kalau dia suka menundukkan badannya saat bicara dengan guru tapi tidak dengan temannya. Aku tau bahwa dia cukup populer dan beberapa teman sekelasnya yang perempuan, juga beberapa teman sekelasku, sering mencoba berusaha mendapatkan perhatiannya. Aku tau dia suka memakai topi tiap selesai memotong rambut. Dia datang lebih siang tiap hari sabtu. 

Menyebalkan.

Tiba-tiba saja aku jadi sering memikirkannya. 

Tiba-tiba saja dia jadi tinggal di dalam kepala.


Tapi hubungan kami ya begitu saja. Tidak ada perkembangan dan cenderung menjauh. Aku yang tidak tahan untuk bercerita sering curhat ke teman-teman segeng. Dan celakanya suatu hari kabar itu sampai padanya. Dia tau aku menyukainya. Aku malu... tapi mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur. Aku juga tidak berani melangkah lebih jauh. Dia tidak lagi usil kepadaku. Dia kembali ke hidupnya.

Aku yang waktu itu masih bocah, masih tidak berhenti berusaha mencari perhatiannya.

Aku membantu guru-guru mengambil atau membawakan buku agar lewat didepan kelasnya.

Aku ingin terus jadi petugas upacara agar dia tau aku bisa.

Aku bahkan mendaftar jadi ketua osis dan terpilih hanya agar dia menyadari aku ada.

Bucin sekaleee.

Tapi ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Dia kemudian lulus sekolah dan kami tidak pernah bertemu lagi hingga sekarang. Sesekali masih kulihat dia bersliweran di linimasa facebook. Ketika melihat fotonya lagi, aku hanya tertawa dan berkata

"Hmm sayang sekali sekarang aku terlalu keren untukmu"

Hahaha


Waktu bergulir dan tahun berganti. Aku lulus SMP dan masuk SMA. Pindah ke Palembang. Memulai kehidupan baru. Menikmati kesibukan sekolah baru, ekskul, dan teman-teman yang menyenangkan. Tahun-tahun berlalu tanpa kejadian besar. Hingga satu inbox facebook yang mengubah segalanya.

4 Januari 2014

"Ini Aisyah kan? Aku Dimas teman sdmu dulu waktu di Serdang"

Aku bertanya-tanya dalam hati siapa orang ini. Aku 3x pindah-pindah sd jadi cukup sulit untuk mengingat siapa orang ini. Kubuka laman profil miliknya dan membaca beberapaa informasi. Ohh dia. Sekelebat momen muncul dikepalaku. 

"Iyo bener, ini Dimas yang dulu kan? Lamo dak ketemu, apo kabar?"

"Kukiro kau dak inget lagi dengan aku. Aku baik alhamdulillah. Gilo sih lamo nian nyari kau, delapan tahun baru ketemu"

Deg.

Saat itu aku kelas sebelas, delapan tahun sebelumnya kelas 3 sd. Waktu yang sama saat aku pindah dari sd itu. Aku menganggap itu candaan dan membalas sekenanya. Kami lalu mengobrol, mengobrol, mengobrol dan mengobrol. Dia teman bicara yang menyenangkan. Kami nyambung membahas apapun dan dia mengerti apa yang aku katakan. Kami memiliki banyak kesamaan dan banyak cerita yang serupa. Obrolan itu berakhir saat baterai handphone-nya sudah habis.

"Aku suka ngobrol dengan kau tapi hapeku bentar lagi mati, ini nomer hapeku 08xxxxxx"

Cowok macam apa yang meninggalkan nomer teleponnya dan bukannya bertanya nomer teleponku. Aku sudah bertemu banyak tipe cowok sebelum ini. Mereka akan minta nomer hapemu dan meng-smsmu dengan pesan-pesan yang alay dan sok perhatian. Pesan-pesan kosong dan ketika diajak membahas sesuatu atau berdiskusi pasti tidak nyambung. Mengingatkan makan dan bertanya sedang apa. Memang dikiranya aku ga akan makan kalau tidak diingatkan?

Entah mengapa sore itu aku merasa dia berbeda. Sesuatu menggerakkanku menyimpan nomer teleponnnya dan meng-smsnya untuk memberi tahu nomerku.Aku tidak berekspektasi apa-apa waktu itu. Kami tinggal di kota yang berjauhan meski satu provinsi. Dan dia hanya datang sebagai teman lama yang berjumpa kembali. Tidak ada salahnya melanjutkan persahabatan.

Inbox itu ternyata menjadi sebuah cerita panjang. Obrolan itu berlanjut berhari-hari bahkan bertahun-tahun berikutnya. Kami menjadi teman yang sangat dekat. Dia selalu ada dalam setiap masalahku dan mendengarkan segala keresahanku. Dia orang yang menganggap serius segala pertanyaan konyolku. Dia yang selalu bilang "Everything is going to be okay" ke aku yang sering overthinking. Dan dia menunjukkan aku, dunia dari sisi yang berbeda.

Dia bercerita mimpi-mimpi dan rencana-rencana yang disusunnya, yang dikemudian hari, benar-benar dicapainya. Dia mengajariku yang hidupnya sangat flat ini untuk bermimpi dan berani memperjuangkan mimpi. Dia yang mengatakan bahwa aku pantas mendapatkan apa yang aku inginkan. Dia berhasil mematahkan segala prinsip hidup yang aku pegang dengan sangat logis dan rasional. Dia satu-satunya orang waktu itu yang bisa mengalahkan statement-statementku. Kami adalah teman diskusi yang sengit tapi juga teman tertawa yang sweet (bacot ai).

Diaa juga cukup keren. Anak pramuka yang kalau lomba selalu juara umum, juara umum disekolahnya, anak ipa yang ikut olimpiade geografi nasional di UGM, Ketua Umum Rohis dan bahkan saat kami masih sma, dia sudah berhasil bikin beberapa aplikasi sederhana dan satu game.

Dan dengan banyak kesamaan yang ada, kami tidak pernah kehabisan topik bicara.

Tapi ini bukan kisah yang hepi ending, ini tentang kasih tak sampai. Cerita yang tampaknya sempurna itu berakhir dengan mengenaskan.

Aku lulus sma dengan kondisi buruk dan payah. Mimpi yang hancur satu persatu dan sedang belajar untuk menghidupi diri sendiri. Lamaran kerja yang ditolak dimana-mana dan hidup yang tampak sangat blur. Semenara dia, sudah berhasil masuk kampus yang dia inginkan. Sudah menapaki anak tangga pertama dari mimpi-mimpinya. Kesibukan memisahkan kami. Dia mengeluhkan hidupnya dan kubilang hidupkuu jauh lebih berat. Aku tidak ada saat dia butuh dikuatkan dan dia tidak ada saat aku butuh dikuatkan. Kami sibuk dengan hidup masing-masing.

Dan diantara ujian-ujian hidup yang silih ganti berdatangan, ketika akhirnya dia benar-benar butuh teman dan dikuatkan, dia pacaran dengan sahabatku. 

WKWKWK

Sungguh sebuah kisah cinta yang suram.

Atau mungkin juga tidak. 

Tapi yang ku tau, aku patah hati cukup lama.


Ya, cuma dua itu kisah cinta yang mewarnai hidupqu. Sangat bocaah dan kekanakan. Maklumlahh, masihh muda dan lemah. Masih dangkal memandang cinta. Kalau dipikir lagi sekarang ya lucu aja. Lucu sekaligus bego. Daripada menghabiskan waktu dengan drama enyek dan alay, lebih baik banyak-banyak meng-upgrade diri dengan ilmu. Biar tida bucin dan bego. Moral value nya adalah : jangan memulai sesuatu yang kau tau kau tidak siap. Jangan mudah terbawa perasaan. Karena yang serius, akan menjadikan kamu tujuan, bukan pilihan yang diambil karena telah dibandingkan.

Komentar

  1. "Karena yang serius, akan menjadikan kamu tujuan, bukan pilihan yang diambil karena telah dibandingkan"

    Sepakat sama kalimat di atas. Dibandingkan dan menjadi hasil dari perbandingan itu gak enak. Wkwk

    BalasHapus
  2. No baper-baper. Sepakat wkwk. Lagian urusan hati itu gak ketebak dan bisa berubah-ubah. Zemangat... bener kata guruku, belajar cinta itu sama yang udah pernah patah hati jangan sama yang lagi jatuh hati. Biar dpt insight kalo "jatuh cinta sebelum waktunya" itu gak seindah yang dibayangkan. Sayangnya, gua tipe org yang hanya menceritakan kisah2 itu pada orang tertentu wkwk.

    BalasHapus
  3. Eh tapi gak tau sih ya kalo tiba-tiba jadi berubah mau ceerita juga. Buat sekarang; belum saatnya wkwk

    BalasHapus
  4. Waaah ternyata bucin juga ya Ais masa smp ny, tahan daftar jadi ketua osis ๐Ÿ˜…
    Tapi, bagusnya si kating tidak gangguin kamu lagi..

    BalasHapus
  5. Menurutku Dimas sebenarnya cinta dengan kakak tapi karena lama tidak ada kejelasan karena masing-masing sibuk makanya pacaran dengan sahabat kakak.

    Eh, Dimas sudah pernah ngomong ai lop yu langsung atau belum sih? ๐Ÿ˜‚

    BalasHapus
  6. "cintaqu yang super alay (dan mintak diterajang)" Sini mbak aku bantu terajang #eeh wkwkwk

    Kukira cuma cowok yang suka caper dengan cewek, ternyata cewek juga bisa gitu ya haha berawal dari sekedar ngolake sampai baper, then caper wkwk
    Sungguh membangun perspektif yang baru #ups

    BalasHapus
  7. ini true story ya kayaknya :D.
    Apa kabar Si Dimas udah putus belum dari pacarnya kwkkw.

    btw yang bagian duduk diacak sama kakak tingkat pas ujian smester juga terjadi di smp ku dulu,.

    BalasHapus
  8. Kok nyesek ya bacanya, pas kita naksir orang, eh dianya malah gak naksir. Terus pas dia yang naksir ke kita, malah kitanya yang ga suka wkwk

    Belum bertemu aja sih yang klop nih nampaknya kalo begitu. Kalo pas saya naksir orang, ya yaudah hanya bisa sekadar naksir aja. Dipendem sampe hilang uwawkkw

    BalasHapus
  9. Nasib nasib.
    Tapi jadilah, setidaknya jadi satu artikel pendek dari hal itu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Januari

Jelajah #1 : Tarakan, Kalimatan Utara. (Pengalaman Debat Nasional Pertama)

Gibahin Orang sambil Cerita Keresahan