Nikmat Teman Baik

UI"maka nikmat teman baik mana yang kamu dustakan?"

Kalimat di atas pertama kali saya dengar (sebetulnya baca) dari seorang blogger, dia pernah menulis di blog pribadi juga di caption Instagram-nya tentang betapa bersyukurnya ia dikelilingi oleh teman-temannya. Pertama kali membacanya saya hanya tersenyum, menyadari kebenaran ucapannya. Namun tidak lantas serta merta merasa demikian, biasa saja.

Lalu akhir semester lalu, ketika akun grup-grup kelas dan grup angkatan heboh dengan nilai-nilai yang muncul di akun akademik masing-masing saya mulai menyadari kebenaran konstektual kalimat itu. Saya merasakannya.

Teman-teman yang katakanlah sering menghabiskan waktu bersama saya dan sering meminta bantuan atau diminta bantuan mengontak saya, mengabarkan banyak hal yang tidak saya ketahui, karena waktu itu posisi sedang mudik dan gadget yang tidak memadai.

Saya takjub betapa baiknya mereka pada saya, betapa pedulinya mereka pada saya. Dua tahun saya berjuang sendirian, lupa bagaimana rasanya dipedulikan oleh orang lain-which means, bukan keluarga-
Lupa rasanya punya teman, lupa rasanya punya rekan. Hari itu mereka membuktikan pada saya bahwa mereka ada.

Kemudian beberapa minggu lalu, saya menginap di asrama adek kelas saya.
Melihat dia amat akrab dengan teman-teman lamanya, kemudian juga mudah sekali bergaul dengan teman-teman barunya membuat saya iri.
Saya merasa tidak punya teman lagi, teman yang memang teman, yang saya bisa bercerita tanpa harus mereka mengganggap saya sesuatu. Bukan teman saya yang hilang, saya membuat mereka merasa hilang.

Hal ini pun sempat saya ceritakan ke salah satu teman saya di kampus.

"Aku lelah merasa dituakan, lelah dianggap kakak oleh kalian semua. Lelah menjadi tempat untuk kalian bercerita tapi tidak punya tempat untuk berverita. Aku pengen balik ke teman-teman lamaku, tapi entah mereka dimana. Bukan mereka yang hilang tapi aku yang bikin mereka hilang. Sementara teman-teman baru, aku juga tidak bisa langsung meleburkan diri"

Saya merasa kesepian, sendirian dan tak berteman. Lelah berada diantara.

Lalu kemudian Allah beri nikmat yang memang saya butuhkan Allah menghadirkan diantara teman-teman baru ini yang bisa melebur ke diri saya, membuat saya merasa jadi bagian dari mereka, membuat saya nyaman bersifat kekanak-kanakan dan yang paling penting membuat saya merasa punya teman.

Lalu hari ini, Allah hadirkan yang lainnya. Teman-teman lama, teman-teman smp yang kembali menjadi bagian dari kehidupan. Kembali menjadi teman saya.
Kembali membuat saya tidak merasa sendirian.

Maka benarlah kalimat itu, maka nikmat teman baik mana yang kamu dustakan? :")

Sebenarnya apa sih yang ingin saya tulis ini? Entahlah, daripada mengendap di kepala.

-ditulis di rumah, diselesaikan didepan palapa, sambil menunggu jemputan-
-banyak sekali draf di kepala, hendak dirapikan-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Januari

Jelajah #1 : Tarakan, Kalimatan Utara. (Pengalaman Debat Nasional Pertama)

Orang-orang yang Pernah Hadir