Ramai



Ramai. Ruangan ini selalu ramai. Celoteh riang, obrolan ringan, wajah-wajah bahagia, meski kadang juga tampak lelah. Tawa lepas kadang-kadang terdengar, membuat kepala-kepala tertoleh mencari sumber suara. Meski tak ada sebetulnya yang merasa terganggu. Seruan-seruan sebal juga seringkali muncul, tapi itu justru symbol keceriaan, khas persahabatan yang solid.  Tatapan mereka hidup. Mata mereka berkilauan, seperti gugusan langit malam yang penuh bintang. Dari mata mereka aku tau, dunia mereka penuh warna.  Laksana ice cream, manis dan warna-warni. Ramai. Ini yang mereka sebut keramaian.

Dia ada di antara mereka, didalam keramaian. Sendirian dalam makna hakikat, bukan harfiah. Matanya tidak berkilauan, mendung menggelayut di kedua matanya, tatapannya kelabu. Serupa ice cream yang mencair, tidak lagi menyenangkan menatapnya. Hitam putih diantara pelangi berkilauan.
Desau angin bahkan terdengar merdu bagi dia yang merasa sendirian. Hatinya kosong, perasaannya usang. Dia lupa cara menangis, lupa juga bagaimana cara tertawa. Tertawa tulus, bukan dibuat-buat seperti yang selama ini dilakukannya. Dia ingin bercerita tapi tidak ada yang mengerti apa yang ia katakan. Dia ingin berlari, tapi terlalu lelah untuk menggerakkan sepasang kakinya, dia ingin pulang.. tapi rumah terlalu jauh.
Dia ingin teman, tapi orang-orang sibuk dalam keramaian.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Januari

Jelajah #1 : Tarakan, Kalimatan Utara. (Pengalaman Debat Nasional Pertama)

Orang-orang yang Pernah Hadir